Setiap Manusia Memiliki Persoalan
Dengan Dirinya
Puisi bagiku lebih sebagai sebuah catatan kehidupan. Kehidupan adalah interaksi antara diriku dengan keadaan dan kenyataan alam, yang aku simak melalui rasa dan pikir, yang bersandarkan "kelemahan/ketakberdayaan" sebagai manusia.Â
Puisi adalah juga cermin bagiku untuk melihat apakah diriku telah sebagaimana yang aku tulis?Â
Apakah rasa (amarah dan segala macam perilaku) dan pikiranku (sikap dan semua penilaianku) telah mampu mengakomodasi semua "ilham" yang aku peroleh dan kutulis menjadi sebuah puisi, lalu kujadikan keduanya itu sebagaimana "ilham" yang kuperoleh.
Menulis puisi, bagiku, adalah menulis realitas hidup yang aku simak dan hayati sepenuhnya.Â
Menulis puisi, bagiku, merupakan catatan-catatan realitas yang telah mendapat respon sesungguhnya dari rasa dan pikiranku.Â
Menulis puisi, bagiku, adalah juga sebuah sikap, perlawanan, terhadap sebuah realitas yang tidak sesuai dengan hakikat dan kebenaran hidup yang sesungguhnya.
Puisi-puisi yang terdapat dalam Kumpulan Puisi "Hanya Melihat Hanya Mengagumi" ini kutulis sejak tahun 1990 sampai
sekarang, adalah puisi-puisi yang mengisahkan tentang realitas hidup yang terjadi di tempat mana aku hidup, puisi-puisi tentang
perjalanan batin-spiritualku, tentang sikapku, sebagai seorang manusia (yang teramat lemah dan tak berdaya) dalam memandang dan menyikapi hidup dan agamaku.Â
Hampir seluruh puisi-puisi yang kutulis terhimpun dalam buku ini.
Sebagai penyair tidak terkenal, tentu ada rasa takut untuk menyatakan apa yang kutulis ini disebut sebagai puisi.Â
Ketakutan itu telah lama ada dalam batin-pikiranku.Â