Mohon tunggu...
din saja
din saja Mohon Tunggu... Seniman - Penyair, penulis esai dan sutradara drama

Senang melihat orang lain senang Susah melihat orang lain susah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Komunikasi Berbatas Tirai

17 Juli 2024   17:50 Diperbarui: 17 Juli 2024   19:17 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apapun penafsiran seseorang terhadap sesuatu masalah maupun hikmah, pertama-tama penafsiran itu bisa dipahami bagi penafsir itu sendiri. Dan bila ingin menyampaikannya kepada orang lain, perlu adanya suatu pemahaman bahwa hasil penafsiran itu semestinya tidak dipaksakan begitu saja. 

Kalau hal itu dilakukan juga, niscaya dia akan mengalami adanya benturan-benturan yang bisa berakibat fatal. Sehingga segala sesuatu yang baik ketika disampaikan bisa menjadi tidak baik bagi orang lain. Dan sebenarnyalah, ada hal-hal yang dikemukakan itu sebenarnya baik tetapi terkadang tidak perlu disampaikan kepada pihak-pihak lain.

Al-Qur'an itu sendiri ternyata diturunkan ke tahap yang dapat dimengerti oleh manusia. Sehingga 'lidah' Nabi bisa terikat, dalam arti dia tidak dapat menyampaikan realitas kepada manusia, kecuali dengan menurunkan kadar pengertiannya. Kono Al-Qur'an memiliki 7 atau 70 tingkat makna, dan yang terendah adalah yang disampaikan kepada manusia.

Simbol-simbol

Sistem ataupun simbol-simbol tidak lain merupakan cara/sarana atau alat dalam berkomunikasi. Memakai atau memilih simbol-simbol yang tepat diperlukan adanya kehati-hatian. 

Dapat saja setiap manusia memakai simbol komunikasi dari yang lama atau yang telah ada, atapun juga memakai simbol-simbol komunikasi yang baru. Ini dikarenakan simbol-simbol itu merupakan produk manusia, dan siapapun dapat memakainya. Tetapi mesti diingat, perlu adanya pemilihan-pemilihan yang sesuai dengan situasi dan lingkungan di mana simbol-simbol itu dipergunakan.

Manusia senantiasa memiliki potensi malu dalam dirinya. Untuk menyampaikan sesuatu hal, kadangkala mesti memakai bahasa komunikasi dalam bentuk simbol-simbol. 

Pada masyarakat purba, bahasa komunikasi mereka sering hanya dimengerti bagi lingkungannya sendiri. Antara satu kaum dengan kaum lainnya mempunyai bahasa dan simbol-simbol yang berbeda. 

Semakin tinggi tingkat pemikiran manusia pada kaum itu, maka semakin sulit dan rumit bahasa komunikasi yang disimbolkan. Seringkali hal ini menimbulkan katup penghalang dalam berkomunikasi. Hanya manusia yang mau mengerti sajalah yang berkenan menafsirkan bahasa-simbol tersebut.

Kini bahasa komunikasi antar-manusia telah memiliki simbol-simbol tersendiri pula. Satu dengan yang lainnya seringkali tidak bertemu pendapat atau maksudnya dalam suatu percakapan. Bahasa komunikasi yang dipakai dengan simbol-simbol hanya dimengerti oleh kalangan tertentu saja atau si pemakai bahasa simbol itu sendiri.

Satu symbol (sinyal atau term) yang sama akan berbeda maksud bila dipakai oleh orang yang berlainan. Apabila si pemakai istilah tidak menjelaskan maksud istilah itu, jelas akan membawa kemacetan dalam berkomunikasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun