Mohon tunggu...
din saja
din saja Mohon Tunggu... Seniman - Penyair, penulis esai dan sutradara drama

Senang melihat orang lain senang Susah melihat orang lain susah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Komunikasi Berbatas Tirai

17 Juli 2024   17:50 Diperbarui: 17 Juli 2024   19:17 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Komunikasi pada prinsipnya merupakan sarana bagi makhluk untuk saling mengenal satu sama yang lainnya. Dari saling kenal ini akan di dapat adanya suatu kesadaran yang tinggi terhadap realitas/lingkungan tempat di mana komunikan itu hidup. 

Sering bakat bawaan menyertai setiap makhluk sosial, tidak ditransferkan, kecuali dengan persintuhan (komunikasi), dan yang akan membawa bekas-bekas melalui intuisi. Permasalahan terhadap situasi lingkungan akan membawa dampak baik, apabila hal itu dilakukan tanpa adanya pemaksaan.

Di dalam masyarakat tradisional, pemahaman terhadap lingkungan dan komunikasi sesama manusia, berdialog dengan alam, adalah merupakan suatu kebiasaan yang telah mendarah-daging pada jiwa-jiwa mereka. 

Kita dapat melihat bagaimana masyarakat begitu 'bersahaja' dalam mengambil hikmah dari sesuatu diluar dirinya dengan tidak meninggalkan bekas-bekas, bahwa apa-apa terlihat terasa kurang diluar dirinya hal ini tidak dijadikannya sebagai suatu kesempatan ataupun peluang untuk meniadakan hal tersebut.

Memetik pelajaran yang baik dari cara-cara seperti itu, jelas akan membuahkan hasil positif dan berharga. Ini tidak hanya bagi masyarakat itu sendiri dalam menjalani tatanan kehidupan bermasyarakat. Namun, juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat/manusia pada masa sesudahnya. 

Kita lihat bagaimana petatah-petitih, hadih maja, hikayat, adat-istiadat, hukum serta seperangkat produk kebudayaan masa lalu mencerminkan pada siapa saja bahwa semua itu dihasilkan atas pemahaman terhadap alam dan lingkungan.

Kita lihat tata cara pergaulan manusia modern pada saat ini, sangat berlainan arah dengan apa yang dipakai masyarakat pada masa lalu. Komunikasi berlangsung bukan bersikap rendah hati -- dalam arti dapat menyadari situasi lingkungan -- melainkan cenderung memberikan penilaian-penilaian tentang baik-buruk di luar dirinya.

Penekanan terhadap penilaian atas sesuatu, tidak saja membuahkan suatu akibat yang fatal, bahkan dapat memenjarakan manusia itu ke dalam ruang penilaian-penilaian itu sendiri. 

Kesadaran atas realitas lingkungan tidak dijadikan sebagai pengambil hikmah. Hal ini tentu akan melahirkan sikap-sikap kontradiksi, karena berangkat dari sikap meniadakan sesuatu di luar diri.

Dengan adanya sistem komunikasi seperti sekarang, dan perkembangan yang dicapainya, menyebabkan banyak manusia seperti merasa ada yang hilang, dan merasa kebingungan. 

Hal ini bisa terjadi karena falsafah yang terkandung di dalam sistem komunikasi itu tidak sesuai dengan kondisi masyarakat, tempat di mana sistem tersebut dilaksanakan. Seperti memandang sesuatu di luar diri, merupakan sikap yang terdapat pada kandungan sistem komunikasi sebagaimana sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun