Mohon tunggu...
din saja
din saja Mohon Tunggu... Seniman - Penyair, penulis esai dan sutradara drama

Senang melihat orang lain senang Susah melihat orang lain susah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati, Jambu dan Durian

16 Juli 2024   19:30 Diperbarui: 16 Juli 2024   19:34 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitulah kalau harta yang dimiliki bagi manusia-manusia kikir. Sedikit yang bisa dimanfaatkan orang lain. Kalau memberi sedekah hanya sekedar uang recehan seribu, atau paling banyak sepuluh ribu rupiah.

Lain pula kalau harta yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain, seperti manfaat buah durian, berduri, berkulit tebal, memiliki isi yang rasanya sangat nikmat, tapi apabila dimakan terlalu banyak akan mengundang penyakit kolesterol tinggi.

Batang jambu air dan batang durian justeru tidak pernah mau memiliki apalagi memakan buah yang dihasilkannya itu. Kesemua buah-buah itu hanya dipersembahkan bagi makhluk lain.

Demikianlah hendaknya manusia dalam memiliki harta, bermanfaat bagi orang banyak, dan kalau perlu tidak sedikitpun mau memakan hartanya itu. Hal seperti inilah barangkali yang dilakukan Rasulullah SAW. semua harta dan bahkan makanannya diberikan kepada siapa saja yang membutuhkannya. Sehingga tidak mengherankan apabila Beliau hanya mewarisi harta sepetak tanah yang telah diwakafkan, seekor unta, dan sebilah pedang. Padahal Beliau juga memilki isteri dan anak.

Untuk itu, setiap pemimpin, setiap manusia, apapun status sosialnya, mestilah menjaga hati agar tidak terjerembab kedalam keangkuhan dan keserakahan. Hati yang segempal tangan, seperti Sabda Rasul, menentukan nasib seseorang dan orang lain yang dipimpinnya.

Apabila baik hati itu, maka baik pula nasibnya dan nasib orang lain. Apabila sakit hati itu, tentu akan sakit pula nasibnya dan nasib orang lain. Karena hati satu-satunya sarana bagi penentuan takdir setiap manusia di dunia ini. Mari jaga hati dengan selalu bertasbih memuji-Nya, karena sepertinya hanya itu, bertasbih, yang dapat membentengi hati dari berbagai bentuk godaan malapateka.

Dan, pemimpin yang mau dan bisa bersikap adil adalah pemimpin yang senantiasa bertasbih, hidup sebagaimana sikap hidup Rasulullah, karena telah menyadari dengan sesungguhnya bahwa kepergian diri dari dunia (kematian) hanya membawa sehelai kain, yang bernama kafan. Selebihnya ditinggal dan hancur menjadi tanah.

Hanya amal dan ibadah yang dapat mendampingi dan menentukan nasib (setiap) manusia di hari perhitungan nanti. Selamatkan hidup ini dengan hati yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun