Namun aku sudah tidak perduli lagi, aku memilih diam dalam balutan rasa sakit dan keterasingan.
Karena keindahannya justru menjadi kutukan baginya.
Aku menyesal, kenapa aku menciptakannya begitu sempurna?
Kenapa aku tidak membuatnya biasa saja, seperti karyaku yang lainnya?
Kini, aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan,
Merasakan pedihnya penyesalan yang tak terkira.
Aku ingin memeluknya erat, menghapus air matanya, namun kulihat ia malah tertawa mengejekku.
Aku memberitahu bahwa aku mencintainya setulus hati.
Namun, aku tahu itu mustahil, karena aku hanya bayangan,
Sebuah pencipta yang gagal melindungi ciptaanya.
Aku belajar dari kesalahan ini, bahwa keindahan itu relatif,
Dan kesempurnaan hanyalah ilusi yang menipu.
Aku akan menciptakan kembali, namun kali ini dengan bijaksana,
Memberikan kekuatan batin agar ciptaanku bisa bertahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H