Mohon tunggu...
Dino
Dino Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 39 Jakarta

Di atas sana, di ladang awan Senyummu membelai matahari yang malu Angin berbisik memperdengarkan Bahwa senyummu meruntuhkan langit yang biru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nayanika Nirmala Sebuah Penyesalan

21 September 2024   07:46 Diperbarui: 21 September 2024   07:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nayanika Nirmala adalah Sebuah Penyesalan
Aku mencipta, dari debu bintang dan embun pagi.
Sebuah nayanika nirmala, sepasang mata suci.
Beningnya memantulkan langit biru tanpa celah.
Indahnya memukau hati, bagai mimpi yang sempurna.
Aku ukir irisan mata itu dengan penuh cinta,
Sehingga mampu menyihir siapa saja yang memandang.
Bulu matanya lentik, bagai sayap kupu-kupu renta,
Dan pupilnya hitam legam, menyimpan rahasia alam.
Aku berharap, dengan keindahan yang kuberikan,
Ia akan hidup bahagia, bebas dari segala duka.

Namun, aku telah membuah sebuah maha karya yang menjadi penyesalan.

Karya yang telah dibuat dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa serta akal dan pikiranku.

Nayanika Nirmala adalah sebuah pengkhianatan, ia bagai tetesan air hujan yang membenci mendung, ia bagaikan daun yang tidak pernah menyukai dahan dan ranting.

Tahukah kisah tentang Guinevere dan Lancelot?

Atau kisah Heloise dan Abelard yang terjadi pada pertengahan Abad ke-12 di Prancis?

Pernahkah kalian membaca kisah Arok dan Ken Dedes mengawali sejarah Kerajaan Singasari?

Nayanika Nirmala adalah sebuah maha karya yang penuh ketulusan namun hancur oleh rasa sombong, ego dan ketidakadilan 

Nayanika Nirmala adalah bagian dalam kehidupanku yang penuh penyesalan.

Karena siapa sangka, ciptaanku justru menjadi bencana,

Menarik perhatian yang tak diinginkan, bagai bunga yang beracun.
Ia menjadi rebutan, diperebutkan oleh banyak hati,
Dijadikan objek pujian, dielu-elukan tanpa henti.
Aku melihatnya terluka, hatinya tercabik-cabik,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun