Mohon tunggu...
Dino
Dino Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 39 Jakarta

Di atas sana, di ladang awan Senyummu membelai matahari yang malu Angin berbisik memperdengarkan Bahwa senyummu meruntuhkan langit yang biru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bidadariku

5 April 2024   08:29 Diperbarui: 5 April 2024   08:39 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di mana langit biru bertemunya awan,

Diantara kilau warna-warna pelangi,

Langit yang cerah tersapu malu oleh hembusan angin,

Di situlah bidadari menjelma bernyawa.

Menyapu hening, menyapa dengan senyum,

Mereka adalah pesona dalam kilatan aura kesederhanaan nan mewah,

tiada tanding dan banding di dunia.

Manis senyumnya mengetarkan alam raya.

Cantiknya paras, mempesona hati yang gersang,

Gemulai tubuhnya dalam tarian semesta.

Seiring mereka bergerak, tiap gerak laksana angin berbisik.

Dalam langkah lembut, di antara bunga dan awan,

Mereka terus menari, keindahan tanpa tara.

Di taman fana, di mana waktu bercucuran,

Di mana semua hidup adalah siksaan duniawi.

Bidadari menebar pesona, menghiasi setiap sudut, ruang dan waktu.

Dalam senyum mereka, terukir damai yang abadi,

Dalam senyum mereka, mengetarkan tiap raga untuk memilikinya.

Mereka tak kenal waktu, abadi di dalam keindahan.

Dalam cahaya mentari, mereka bersinar gemilang,

Dalam balutan cahaya bulan, mereka syahdu dalam pesona jagat raya.

Di sana, bidadari mengajak mimpi menjelma nyata.

Di antara bintang-bintang, mereka mengilhami,

Menyulam harapan, menyiratkan keindahan abadi.

Bidadari, wujud malaikat tanpa sayap di dunia fana,

Dengan kelembutan, dan kasih sayang mereka mengusap lara.

Dalam baluran doa-doa, mereka membawa harapan yang hampir mati,

Bidadari, penghuni surga yang meramaikan alam ini.

Di manakah engkau, bidadariku?

Yang tersembunyi di antara bintang-bintang,

Dalam hembusan angin yang lembut,

Atau dalam senyuman rembulan yang mempesona?

Engkau adalah sinar matahari di dalam gelap,

Sinaran cahaya di tengah kegelapan malam.

Wajahmu adalah simbol keanggunan,

Di antara keindahan yang tak terkira.

Di dalam mimpiku, engkau melambai,

Seperti bunga yang mekar di pagi hari.

Dalam setiap irama lagu yang kudengar,

Engkau adalah melodi yang paling indah.

Bidadariku, engkau adalah doa yang terjawab,

Di antara kerumitan hidup yang tak berkesudahan.

Dalam setiap detik yang kuhayati,

Engkau adalah keajaiban yang kuharapkan.

Bidadariku, hadirilah dalam kehidupanku,

Biarkan cinta kita mekar seperti bunga.

Di dalam dunia yang penuh dengan kegelapan,

Engkau adalah cahaya yang menyinari jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun