Alip sendiri sejak pertama kali menatap wajahnya, jiwanya langsung bergetar. Alip bak merasakan bumi bergetar kencang, hingga merenggut hasratnya untuk menuntut ilmu. Ia sungguh telah jatuh cinta pada mawar jelita, Rahma.
Mukjizat cinta sudah merenggut pikiran Ali, gejolak gairah cinta dalam jiwa membuat kehilangan akal sehatnya, tiada sedetikpun terlepas dari bayangan mata jelita Rahma. Tak ada suara yang menggetarkan jiwanya kecuali suara bidadari surga yang turun ke bumi.
Ketika melihat paras bunga Lembah Harau, Rahma, ribuan kata hendak dikeluarkan dari bibirnya, tapi tiada daya bibir pun menjadi keluh untuk melukiskan pesona cinta. Nyala api asmara di dalam hatinya semakin lama semakin berkobar. Siang dan malan Alip tak lelah untuk bermunajat dan memohon kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta agar dapat memiliki Rahma.
"Duhai, Tuhanku, hamba senantiasa memuja dan menyembah-Mu, laksana para pecinta, air mata yang bening dan jernih terus menetes tersebab merindukan Rahma. Ya Allah, wahai Tuhanku, Engkau adalah Ilham dan hamba mohon lepaskanlah kepedihan dan kerinduan hamba".
"Duhai, hati nan gundah gulana tak menentu, tak pernah hamba menjauh dari-Mu, hamba senantiasa memohon dan mengharap kepada-Mu, karena Engkau merupakan Tuhanku, harapan bagiku untuk merajut syair cinta menjadi puja-puji permohonan dan pengharapan akan karunia".
Siang dan malam Alip meratap dan mengiba kepada Tuhan. Jika siang tiba, Alip rajin bersedekah dan memberi makan mereka yang sangat membutuhkan, agar impiannya tercapai dan doanya terkabul. Bila malam menjelang, dengan air mata menetes ia bertafakur dan bermunajat serta berdoa memohon pada Illahi.
Engkau adalah ibarat mutiara
Dirimu terjaga di dasar samudera ketulusan
Tiada sembarang siapa saja yang bisa menggenggam dan mengambilmu.
Agunglah namamu.
Seputih hatimu.