Mohon tunggu...
Dino
Dino Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 39 Jakarta

Di atas sana, di ladang awan Senyummu membelai matahari yang malu Angin berbisik memperdengarkan Bahwa senyummu meruntuhkan langit yang biru.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Keabadian Edelweis dalam Balutan Deforestasi

18 Maret 2024   09:48 Diperbarui: 8 April 2024   21:20 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebakaran hutan, Pembukaan lahan perkebunan, Perambahan hutan untuk memenuhi keinginan manusia, program transmigrasi, serta Pertambangan dan pengeboran sumber daya alam.

Mata mu bagai kelopak indah bunga Edelweis.

Senyum mu adalah semilir angin senja.

Cintaku adalah keabadian untuk mu, Edelweis adalah keabadian rasa syukur ku, karena dipertemukan dengan mu.

Penolakan mu adalah bentuk rasa sayang akan keabadian.

Kerling mata mu bagai putik putih yang melingkari edelweis ku.

Riasan mu tidak melunturkan kesederhanaan mu.

Edelweis adalah Cinta Sejati dan Keabadian.

Begitupun semesta cintaku kepadamu, yang perlahan dengan pasti tertutup kabut putih Gunung Semeru.

Terlepas dari raga mu dan menyatu dengan keabadian raga gunung, dan tetap suci abadi dalam balutan bunga gunung yang putih.

Keabadian edelweis dalam Balutan Deforestasi, Keabadian cinta dalam kukungan takdir.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun