Angin tidak bernegosiasi pada daun yang gugur.
Terik tidak tawar menawar pada keringat,
bahkan hujan tidak akan menyamar terlalu lama sebagai awan hitam.
Sabtu pagi ini hujan mengguyur deras bumi pertiwiku, sedari malam dini hari hingga fajar menyingsing. Butiran hujan tiada henti membasahi relung hati, membuat tubuh bagaikan beku dengan perlahan. Secara umum, tetesan air hujan jatuh dengan kecepatan antara 15-25 mil per jam atau 24-40 km/jam ketika mereka mulai turun. Namun, kecepatan ini akan tergantung pada ukuran tetesan airnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Luis Villazon, seorang pendidik sains dan teknologi. Menurutnya kecepatan tetesan hujan tergantung pada ukurannya.
Tetesan dalam hujan ringan 100 kali lebih besar dan jatuh pada kecepatan sekitar 22,5 km/jam. Tetesan hujan terbesar kemungkinan adalah 5mm dan menyentuh tanah dengan kecepatan 32 km/jam, dikutip dari BBC Science Fokus. (https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6374579/berapa-kecepatan-jatuhnya-air-hujan.)
Lalu berapakah kecepatan sebuah rindu datang menyergap di aliran darah setiap insan? Rindu itu berat (film Dilan 1990), yah kecepatan rindu itu melebihi kecepatan datangnya air hujan, rindu tidak butuh atmosfir penghalang, rindu tidak memerlukan awan hitam sebagai pembuka tabir, bahkan sebuah kerinduan datang melebihi kilatan petir.
Emily Simonian mengatakan, yang terpenting adalah mindset atau cara berpikir kita. "Kita harus bisa menyiapkan diri, jika harus menanggung rindu," ucapnya. Selamat merindu dengan sehat.
Kutarik kembali selimut usai ba'da sholat subuh, tubuhku malas beraktifitas, kunikmati suara tetesan air hujan di luar sana,betapa Tuhan itu adil dalam membagi hujan dan terik, hujan turun begitu pula dengan rahmatNya, jadi waktu hujan adalah salah satu waktu yang baik untuk berdoa. Aku berdoa pelan dalam balik selimut kerinduan, apakah rinduku sampai padanya ya Rab?.
Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali (wafat 505 H) dalam kitabnya memberikan definisi bahwa rindu adalah konsekuensi dari adanya mahabbah (cinta) terhadap suatu objek. Dengan cinta, rindu akan datang dengan sendirinya. Rindu sendiri merupakan sesuatu yang sifatnya emosional tinggi untuk bisa bertemu dengan orang yang dirindukan. Selain sebagai konsekuensi dari adanya cinta, rindu juga merupakan yang siapa pun akan merasakannya. Oleh karenanya, cinta dan rindu tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa diingkari keberadaannya. Lebih lanjut Imam Al-Ghazali mengatakan, "Ketahuilah! Sungguh orang-orang yang mengingkari esensi cinta, maka juga seharusnya ingkar pada esensi rindu. Sebab, rindu tidak bisa tergambar kecuali pada orang yang dicinta." (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Ma'rifah, cetakan ketiga: 1998], juz IV, halaman 322).
(Sumber: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/rindu-dalam-pandangan-imam-al-ghazali-Qmvw1).
Aku diam bukan karena tak ada rasa. Aku hanya berusaha menjaga apa yang seharusnya dijaga, kau saja yang tak tahu. Aku diam di hadapanmu, tapi di hadapan Allah namamu terus kugema. Demikian aku membatin lirih, ah.. sulit sekali mata ini terpejam. Aku bangkit menuju bilasan, menguyur rasa malas dengan dinginnya air hujan yang meresap jauh ke tanah lalu naik ke toren air dan jatuh kembali melalui kran kamar mandi, begitu bersih dan jernih, seperti itu pula rinduku padamu.
Kubuka laptop setelah tubuh hlang penat dan segar kembali, kucoba merangkai kata yang bisa menjadi warisanku nanti di usia yang semakin senja, literasiku tidak terlalu baik tapi pikiranku aku penuh imajinasi yang absurd. Absurd itu adalah pola pikir yang tidak masuk akal, mustahil, lucu, konyol, bahkan menggelikan.
Hujan Rindu di Sabtu Pagi adalah judul pembuka, karena kecepatan hujan beradu cepat dengan kecepatan rinduku padamu.
Evaporasi adalah proses awal  terjadinya hujan, yaitu peristiwa berubahnya air laut menjadi uap air.
Sinar matahari membuat berbagai air di permukaan bumi menghangat, seperti air laut, air sungai, air danau, dan lainnya. Setelah air menghangat, air akan berubah menjadi uap air dan menguap ke udara sampai ke langit.
Evaporasi juga adalah awal rasa rinduku padamu, begitu hangat rindu itu menyergap relung sanubariku, lalu meluap tanpa bisa dibendung lagi sehingga sampai ke langit pengharapan dan doa.
Kondensasi adalah tahapan setelah Evapoasi, uap air yang terkumpul di langit ditampung oleh awan. Kemudian terjadilah kondensasi, yaitu peristiwa berubahnya uap air menjadi kristal es di awan.
Lalu Kondensasi muncul di bilik rasa gundahku, menjadi uap keikhlasan yang terkumpul di langit penuh kumpulan doa dan mengkristal menjadi butiran es rasa cinta yang membeku di awan hasratku.
Ketika awan telah menjadi sangat berat, awan tak dapat lagi menampung air. Maka, perlahan air di awan mencair dan jatuh ke dataran. Tahapan ini dikenal dengan istilah presipitasi, yaitu peristiwa pencairan awan menjadi butiran air. Butiran air dari awan yang jatuh ke dataran disebut sebagai hujan. Air hujan yang jatuh ke dataran kemudian kembali lagi ke tanah, sungai, danau, hingga laut. Lalu berulang lagi ketiga tahapan itu sampai terjadi hujan lagi. (https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230522161852-569-952572/3-proses-terjadinya-hujan-evaporasi-kondensasi-presipitasi).
Ketika rasa rinduku tidak terbendung lagi dan menjadi terlalu berat untuk kupikul, maka perlahan namun pasti rasa itu terungkap dan jatuh ke peraduan telingamu, dan menjadi badai dalam kehidupanmu. Namun badai itu kunikmati, sebagaimana aku menikmati hilangnya matahari yang tertutup awan hitam hujan yang tidak pernah berpura-pura.
Apakah aku harus hidup dalam kebohongan rasaku sendiri? tidak. Urusanku adalah rindu, selebihnya urusan mu dan Tuhan, sebagimana hujan turun di sabtu pagi, apakah menjadi urusan hujan bila terjadi banjir dan tanah longsor? tidak bukan.
Rindu memiliki ruang secara khusus dalam diri manusia. Siapa pun tidak bisa menghindari darinya dan tidak pula bisa memaksa untuk mendatangkannya. Namun yang terpenting, rindu adalah konsekuensi logis dari adanya cinta, tanpanya rindu tidak mungkin bisa ditemukan dalam diri manusia. Merindu hanya untuk mereka yang berani jujur untuk mengutarakannya, yang berani untuk tidak membohongi dirinya sendiri.
"Rindu meski (di dalamnya) memiliki (dampak) menyakitkan, akan tetapi tersimpan suatu kenyamanan apabila terdapat suatu harapan untuk bisa bertemu dengannya (orang yang dirindukan)." (Al-Ghazali, II/279).
Kunikmati Sabtu pagi ini dengan balutan cuaca yang mendung, kunikmati sabtu pagi ini dengan rindu yang terus bergema, denga rindu yang terus turun sebagaimana turunnya air hujan, dan Sabtu pagi ini menjadi Hujan Rindu yang tak tergantikan dalam setiap semesta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H