Mohon tunggu...
Dino
Dino Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 39 Jakarta

Di atas sana, di ladang awan Senyummu membelai matahari yang malu Angin berbisik memperdengarkan Bahwa senyummu meruntuhkan langit yang biru.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Hujan Rindu di Sabtu Pagi

16 Maret 2024   14:00 Diperbarui: 8 April 2024   21:19 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hujan Rindu, Sumber Gambar: Dino Lesmana Hadi

Hujan Rindu di Sabtu Pagi adalah judul pembuka, karena kecepatan hujan beradu cepat dengan kecepatan rinduku padamu.

Evaporasi adalah proses awal  terjadinya hujan, yaitu peristiwa berubahnya air laut menjadi uap air.
Sinar matahari membuat berbagai air di permukaan bumi menghangat, seperti air laut, air sungai, air danau, dan lainnya. Setelah air menghangat, air akan berubah menjadi uap air dan menguap ke udara sampai ke langit.

Evaporasi juga adalah awal rasa rinduku padamu, begitu hangat rindu itu menyergap relung sanubariku, lalu meluap tanpa bisa dibendung lagi sehingga sampai ke langit pengharapan dan doa.

Kondensasi adalah tahapan setelah Evapoasi, uap air yang terkumpul di langit ditampung oleh awan. Kemudian terjadilah kondensasi, yaitu peristiwa berubahnya uap air menjadi kristal es di awan.

Lalu Kondensasi muncul di bilik rasa gundahku, menjadi uap keikhlasan yang terkumpul di langit penuh kumpulan doa dan mengkristal menjadi butiran es rasa cinta yang membeku di awan hasratku.

Ketika awan telah menjadi sangat berat, awan tak dapat lagi menampung air. Maka, perlahan air di awan mencair dan jatuh ke dataran. Tahapan ini dikenal dengan istilah presipitasi, yaitu peristiwa pencairan awan menjadi butiran air. Butiran air dari awan yang jatuh ke dataran disebut sebagai hujan. Air hujan yang jatuh ke dataran kemudian kembali lagi ke tanah, sungai, danau, hingga laut. Lalu berulang lagi ketiga tahapan itu sampai terjadi hujan lagi. (https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230522161852-569-952572/3-proses-terjadinya-hujan-evaporasi-kondensasi-presipitasi).

Ketika rasa rinduku tidak terbendung lagi dan menjadi terlalu berat untuk kupikul, maka perlahan namun pasti rasa itu terungkap dan jatuh ke peraduan telingamu, dan menjadi badai dalam kehidupanmu. Namun badai itu kunikmati, sebagaimana aku menikmati hilangnya matahari yang tertutup awan hitam hujan yang tidak pernah berpura-pura.

Apakah aku harus hidup dalam kebohongan rasaku sendiri? tidak. Urusanku adalah rindu, selebihnya urusan mu dan Tuhan, sebagimana hujan turun di sabtu pagi, apakah menjadi urusan hujan bila terjadi banjir dan tanah longsor? tidak bukan.

Rindu memiliki ruang secara khusus dalam diri manusia. Siapa pun tidak bisa menghindari darinya dan tidak pula bisa memaksa untuk mendatangkannya. Namun yang terpenting, rindu adalah konsekuensi logis dari adanya cinta, tanpanya rindu tidak mungkin bisa ditemukan dalam diri manusia. Merindu hanya untuk mereka yang berani jujur untuk mengutarakannya, yang berani untuk tidak membohongi dirinya sendiri.

"Rindu meski (di dalamnya) memiliki (dampak) menyakitkan, akan tetapi tersimpan suatu kenyamanan apabila terdapat suatu harapan untuk bisa bertemu dengannya (orang yang dirindukan)." (Al-Ghazali, II/279).

Kunikmati Sabtu pagi ini dengan balutan cuaca yang mendung, kunikmati sabtu pagi ini dengan rindu yang terus bergema, denga rindu yang terus turun sebagaimana turunnya air hujan, dan Sabtu pagi ini menjadi Hujan Rindu yang tak tergantikan dalam setiap semesta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun