Gerakan di China gagal akibat penindasan. Menurut Sri Yunanto, gerakan mahasiswa di Indonesia telah berhasil menggulingkan Soeharto dari kekuasaan dan menegakkan demokrasi. Tetapi beberapa tantangan masih tersisa.
Maraknya korupsi, ketimpangan ekonomi dan oligarki politik adalah beberapa sisa tantangan yang dihadapi Indonesia, papar Sri Yunanto.
Mahesh membandingkan gerakan mahasiswa di Lapangan Tiananmen dan gerakan Uyghur di Xinjiang, yang jauh lebih tua dari protes Lapangan Tiananmen.
"Gerakan protes demokrasi Uyghur pada tahun 1980-an merupakan batu loncatan menuju tragedi Lapangan Tiananmen 1989. Gerakan ini mempersiapkan para pemimpin masa depan untuk menjadi ujung tombak gerakan Uyghur dalam melawan China," jelas Mahesh dalam pidatonya.
Menurut beberapa kelompok hak asasi manusia, Komunis China telah menahan lebih dari 1 juta orang Uyghur yang bertentangan dengan keinginan mereka selama beberapa tahun terakhir dalam jaringan besar yang disebut negara sebagai "kamp pendidikan ulang", dan menghukum ratusan ribu orang dengan hukuman penjara.
Hingga saat ini pemerintah China tidak pernah mengakui peristiwa sebenarnya seputar pembantaian Lapangan Tiananmen. Secara resmi, penyebutan pembantaian Lapangan Tiananmen di China adalah hal yang tabu. Di China, Hong Kong serta Makau orang-orang dilarang untuk memperingati pembantaian Lapangan Tiananmen.
"Tiga puluh empat tahun kemudian, impunitas atas pembantaian telah membuat otoritas China semakin berani dalam melakukan lebih banyak kejahatan terhadap kemanusiaan. Penindakan semakin canggih dengan kemajuan teknologi modern, termasuk media sosial disensor di China, dan aktivitas masyarakat sehari-hari dipantau secara ketat," ujar Anjaiah dalam sambutannya.
Protes Lapangan Tiananmen 1998 memang telah menginspirasi banyak protes mahasiswa di Asia.
"Protes Lapangan Tiananmen telah menginspirasi mahasiswa di Korea Selatan dan Indonesia. Mahasiswa di Indonesia terinspirasi oleh mahasiswa China untuk memulai gerakan melawan rezim Soeharto yang otoriter," kata Telly dalam sambutannya.
Kita tidak boleh melupakan apa yang terjadi di Lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989.