Oleh Dinda Annisa
Tepat 14 tahun lalu, pada tanggal 26 November 2008, sekelompok teroris bersenjata dari Pakistan menyerang kota Mumbai, ibu kota keuangan India. Sepuluh teroris, yang dilatih oleh kelompok teror Lashkar-e-Taiba (LeT) yang berbasis di Pakistan, menargetkan beberapa lokasi penting secara bersamaan dan tanpa ampun membunuh 165 orang, termasuk 140 orang India dan 25 orang asing dari 17 negara.
Serangan itu direncanakan dan dilaksanakan oleh LeT dan organisasi induknya, Jamat ud Dawah (JUD). Baik LeT maupun JUD berafiliasi dengan al-Qaeda dan telah menerima dukungan penuh dalam bentuk uang, senjata, serta pelatihan dari Angkatan Darat Pakistan dan Inter-Services Intelligence (ISI).
Para teroris itu diselundupkan ke Mumbai melalui laut dalam misi bunuh diri. Mereka dilatih dalam perang laut, renang, senjata otomatis (AK-47), granat tangan dan telepon satelit oleh pelatih (baik pensiunan maupun aktif) dari Angkatan Darat Pakistan dan ISI.
Mereka menggunakan granat Tipe 86, yang diproduksi oleh perusahaan milik negara China, Norinco.
Mereka menyerang stasiun kereta api, rumah sakit, kafe, pusat Yahudi dan dua hotel. Mereka membunuh warga sipil, supir taksi, staf hotel, orang asing dan petugas keamanan. Sebelum datang ke Mumbai, mereka membajak sebuah kapal nelayan India dan membunuh empat awaknya. Hal baru dalam serangan Mumbai adalah bahwa teroris juga menargetkan orang asing selain orang India.
Siapakah para teroris ini?
"Mereka adalah orang-orang yang sangat, sangat miskin. Kedua, mereka dicuci otak sepenuhnya. Ketiga, mereka telah dijanjikan semacam pahala di surga dan keempat, semacam kompensasi uang tunai untuk keluarga mereka setelah kematian mereka. Mereka percaya pada propaganda kebencian terhadap bangsa [India] yang sedang berkembang," kata Letjen. (purn) Shokin Chauhan, mantan Direktur Jenderal Assam Rifles India, pada seminar internasional di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) pada 24 November (Kamis) 2022.
Ia berbicara secara virtual saat seminar diselenggarakan dalam mode hybrid.