Oleh Dinda Annisa
Sopore adalah kota kecil di distrik Baramulla, Jammu dan Kashmir (J&K), dengan 76.000 penduduk. Kota memiliki dua nama panggilan. Yang pertama adalah Apple Town karena merupakan daerah penghasil apel dan yang kedua adalah Chota London (Little London) karena keindahannya.
Dulunya kota ini merupakan sarang militansi. Kota Sopore tidak memiliki fasilitas umum seperti toilet umum dan lampu jalan yang layak. Sudah lama kota ini diabaikan.
Sopore telah menyaksikan perubahan total dalam hal perkembangan sejak Masarat Nissar Kar menjadi walikota atau ketua DPRD Kota Sopore pada bulan Juli 2021.
Siapakah Masarat?
Masarat yang berusia 50 tahun adalah anak dari mendiang Ghulam Rasool Kar, tokoh politik terbesar di kota itu. Ia berasal dari partai politik regional Jammu & Kashmir National Conference (JKNC). Ia adalah salah satu anggota Dewan Kota Sopore.
Menurut surat kabar harian Greater Kashmir, Masarat terpilih sebagai ketua Dewan Kota pada bulan Juli 2021. Ia mengalahkan lawannya Irfan Ali dari Partai Rakyat Demokratik (PDP) dengan selisih enam suara. Seorang pejabat mengatakan bahwa dari 18 anggota dewan, 12 memilih mendukung Masarat sementara lawannya Irfan Ali hanya mendapatkan 6 suara.
"Saya bersama seluruh tim DPRD Kota Sopore termasuk anggota dewan, akan memastikan bahwa kami menyediakan fasilitas sipil yang lebih baik di kota dan fokus kami adalah menyediakan sanitasi yang layak selain suasana yang rapi dan bersih bagi penduduk kota," kata Masarat kepada Greater Kashmir setelah pemilihannya.
Contohnya, Sopore sudah lama menunggu WC umum tetapi baru mendapatkan fasilitas tersebut di bawah pimpinan Masarat.
Sopore mendapatkan peningkatan dengan pemasangan lampu jalan, restorasi dan trotoar yang dipercantik. Kota Sopore di distrik Baramulla mendapatkan air mancur pertamanya dan menara jamnya sendiri.
Masarat merasa bahwa keberadaannya dalam politik atau berpartisipasi dalam proses demokrasi akar rumput adalah untuk melayani masyarakat di kota dan daerahnya.
"Saya maju untuk rakyat saya, untuk kota saya untuk mengembalikan kejayaan Sopore yang dulu dikenal sebagai Chota London," ujar Masarat kepada kantor berita ANI.
Menurut surat kabar harian Rising Kashmir, Masarat ingin bekerja keras untuk pengembangan kotanya dan yang lebih penting bertujuan untuk mengubah pendapat bahwa Sopore adalah sarang militansi atau fundamentalis garis keras.
"Orang-orang kota Sopore memiliki hak untuk tumbuh. Mengapa Sopore harus menderita atau diabaikan dalam segi pembangunan karena cap yang salah? Sopore bahkan disebut Kandhar Kashmir. Tampaknya beberapa politisi atau orang suka mengaitkannya dengan terorisme demi memuaskan orang lain, yang diderita oleh orang-orang di sini," ungkapnya kepada ANI.
Menurut Masarat, situasi telah berubah dan sekarang orang-orang di Sopore percaya pada pembangunan dan perubahan dan orang-orang Sopore yang telah menyatakan kepercayaan mereka padanya, tidak akan dikecewakan olehnya dan timnya.
Masarat juga sedang mengerjakan keindahan Sungai Jhelum, yang akan memberikan Sopore tampilan yang berbeda dan orang-orang akan menikmati pemandangan tepi sungai setelah selesai.
Sesuai data resmi, pemuda di Sopore terlibat dalam narkoba, tetapi upaya Masarat dan timnya ke arah ini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Baru-baru ini, di bawah 'Nasha Mukt Bharat Abhiyaan', serangkaian program kesadaran diadakan di seluruh kota untuk membangkitkan kesadaran di kalangan massa, terutama kaum muda tentang efek buruk dari penyalahgunaan narkoba.
Masarat juga berupaya untuk menghidupkan kembali teater rakyat tradisional Kashmir yang disebut 'Bhand Pater'. Komunitas Bhand adalah penghibur rakyat tradisional Kashmir di masa lalu dan secara aktif menciptakan kesadaran tentang berbagai masalah sosial melalui drama mereka.
"Tujuan dari proyek kebangkitan ini adalah bahwa kelompok teater [rakyat] ini harus fokus pada isu-isu kontemporer dan kejadian yang ditangani teater rakyat Kashmir terutama dengan isu-isu yang relevan di masa lalu," papar Masarat kepada ANI.
"Ini adalah waktu yang tepat untuk kebangkitannya. Teater rakyat adalah sumber utama komunikasi dan penjangkauan publik."
Masarat telah membuktikan bahwa ia adalah pemimpin yang baik yang ingin bekerja untuk rakyat dan pembangunan Sopore.
Di Indonesia juga, kita memiliki beberapa walikota wanita teladan. Di antara semua walikota perempuan di Indonesia, Tri Rismaharini (Surabaya), Airin Rachmi Diany (Tangerang Selatan), Ika Puspitasari (Mojokerto) dan Tjhai Chui Mie (Singkawang) adalah walikota-walikota perempuan terbaik.
Terlepas dari semua dampak dan perubahan baik yang dibawa walikota perempuan di kota mereka, hanya 20% walikota di seluruh dunia adalah perempuan.
Penulis adalah seorang jurnalis lepas yang berbasis di Bekasi, Jawa Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H