"Kerajinan tenun karpet ini sekarang telah menjadi seni yang sekarat di Kashmir. Ada banyak faktor yang menentukan. Faktor utama adalah bagian keuangan. Pengrajin yang mengerjakan karpet ini tidak mendapatkan jumlah upah yang sesuai sehingga mereka kehilangan minat. Untuk menyukseskan proyek ini, kita harus melakukan penilaian terhadap upah para pengrajin ini. Baru kemudian kita bisa membuat mereka bekerja," papar seorang pengrajin Habibullah Shiekh, yang juga merupakan kontraktor untuk 60 pengrajin, kepada situs web www.firstpost.com baru-baru ini.
Seperti halnya DPR, jika beberapa instansi pemerintah dan perusahaan swasta besar memesan karpet Kashmir, maka akan menyelamatkan profesi tenun karpet dan memberdayakan perajin, khususnya perajin wanita.
Penulis adalah seorang jurnalis lepas yang berbasis di Bekasi, Jawa Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H