Mohon tunggu...
Dinda Annisa
Dinda Annisa Mohon Tunggu... Freelancer - Penterjemah Lepas

Based in Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Penenun Karpet di Kashmir Mendapatkan Dukungan Besar dari Parlemen India

31 Agustus 2022   07:47 Diperbarui: 31 Agustus 2022   07:51 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para perajin sedang membuat karpet di desa Shunglipura, kabupaten Budgam, Jammu dan Kashmir. | Sumber: Rising Kashmir

Ia mengatakan bahwa seni ini juga membantu perempuan untuk mencari nafkah dan sebagian besar perempuan dari desa lain juga terhubung dengan pekerjaan ini.

"Saya meneruskan profesi ini bahkan setelah menikah di tahun 2020. Malah suami saya juga menekuni profesi ini," ungkap Bano, yang mulai menenun sejak usia 15 tahun.

Dengan pandangan yang serupa, Abdul Rahim Khan, seorang penenun karpet muda, menyambut baik pesanan dari parlemen.

Para perajin sedang membuat karpet di desa Shunglipura, kabupaten Budgam, Jammu dan Kashmir. | Sumber: Rising Kashmir
Para perajin sedang membuat karpet di desa Shunglipura, kabupaten Budgam, Jammu dan Kashmir. | Sumber: Rising Kashmir

"Merupakan hak istimewa bagi kami untuk menenun karpet untuk Parlemen India," tutur Khan, yang 10 anggota keluarganya berprofesi sebagai perajin karpet, kepada Rising Kashmir.

"Ada tiga permadani lain yang ditenun oleh para perajin di desa-desa terdekat termasuk desa Lachmanpora, Chill dan Lassipora sehingga menyiapkan total 12 karpet untuk Parlemen," tambah Khan.

Imtiyaz Ahmad Khan, penenun karpet lainnya, mengatakan bahwa karpet yang sedang diproses berbentuk persegi panjang dan disematkan dengan 12 warna berbeda, yang ukurannya hampir mencapai 3 meter.

Membuat karpet bukanlah pekerjaan yang mudah karena memerlukan banyak waktu dan langkah yang berbeda mulai dari budidaya sutra, wol, merawat dan mewarnai, menentukan pola, menenun dan kemudian menambahkan sentuhan akhir.

"Di sebagian besar desa kami, orang-orang mencari nafkah melalui seni ini. Meskipun untuk orang lain di sini, ini juga pekerjaan paruh waktu. Adapun yang kami khawatirkan, ini adalah profesi penuh waktu kami," jelas Imtiyaz.

Menurut harian The Hindu, karpet yang dibuat di J&K diekspor ke lebih dari 20 negara. Pada tahun 2020-2021, karpet Kashmir senilai AS$14,47 juta diekspor ke Jerman saja.

Namun profesi menenun karpet perlahan mati di J&K dan ada banyak alasan untuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun