Mereka pasangan yang sangat serasi. Orang-orang di lingkungan sekitar mereka sangat mendukung jika mereka menjadi sepasang kekasih.
Pukul 15.30 Savana telah selesai rapat. Tepat saat itu juga Lintang sudah stay di depan Kampus menunggu Savana yang dipanggil khusus olehnya dengan panggilan Jingga. Jingga adalah nama depan Savana.
"Assalamualaikum calon masa depan ku." Savana menyambut hangat kedatangan Lintang.
"Waalaikumsalam kebahagiaan ku." Lintang begitu berseri dengan penyambutan Savana yang selalu membahagiakannya.
Lintang menjadi salah satu orang yang beruntung bisa mendapatkan ketulusan cinta dari seorang Savana. Bumi dan langit seolah menyertai hubungan keduanya.
Savana memiliki masa lalu yang membuatnya trauma terhadap cinta. Berkali-kali dirinya pernah dikhianati dan diselingkuhi oleh kekasih sebelumnya. Sehingga Tuhan mempertemukannya dengan Lintang, laki-laki baik yang mampu memberikan ruang kebahagiaan bagi Savana.
"Gimana kuliahnya hari ini? Banyak tugas, nggak?" tanya Lintang seraya memasangkan helm ke kepala gadis yang sangat ia cintai itu.
"Alhamdulillah lancar, aku senang. Untuk tugas ya, selalu ada, tapi udah aku handle kok, in sya Allah." Savana menaiki jok belakang motor Beat Biru milik Lintang. Motor yang menjadi saksi kisah perjalanan mereka dari awal pertemuan hingga kini mereka menjadi sepasang kekasih yang saling membahagiakan.
"Hari ini, sebelum pulang ke rumah, kita makan dulu, yuk!" Setiap kali pulang kuliah, Lintang pasti mengajak Savana untuk makan terlebih dahulu.
Savana tidak mungkin menolak, karena ia juga pasti merasa lapar setelah seharian belajar. Diajak makan dan bisa makan bersama Lintang membuatnya semakin bersemangat.
Bagi Savana, Lintang termasuk orang yang sangat seru, setiap kali bertemu tidak akan pernah kehabisan topik obrolan. Lintang sangat sempurna di matanya. Dia sosok laki-laki baik, pintar, penyayang dan memiliki semua bahasa cinta yang tanpa diminta pun akan dia berikan kepada Savana.