Mohon tunggu...
Dini Kusuma Wardinny
Dini Kusuma Wardinny Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

baik hati, ramah tamah dan tidak somse :) dan.... aku ingin menjadikan hari ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. adakah saranmu untukku?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hitam

23 Oktober 2011   06:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I’am alone and lonely, dying in the middle of sadness.

Hitam, bukan perempuan atau laki-laki. Hitam adalah gelap. Hitam adalah kelam. Sunyi dan dingin. Ini tentang kehidupan. Kehidupan seorang anak manusia yang kesepian. Hidup sendiri tanpa tempat tinggal. Tempat tinggal? Hidup bersama keluarga? Jangan seperti itu. Aku adalah gelap. Kesepian. Semuanya memiliki tempat tinggal: manusia, hewan, semuanya… kecuali aku. Keluarga? Pemberi kehangatan saat aku kedinginan. Mencurahkan kasih selamanya untukmu. Hanya untukmu, bukan untukku. Bukan untukku. “Bodoh.” adalah penggambaran yang tepat untukku. “Dusta.” adalah kenyataan yang selalui kutemui.

Kehadirannku di dunia, tak ada artinya. Semua orang hanya hidup untuk dirinya. Tanpa menyadari aku ada di dunia yang sama. Masalah dalam hidup ini panjang. Lebih panjang dari rangkaian gerbong kereta api. Seperti samudra yang luas. Bagaimanapun sulitnya pasti bisa dilalui.

“aku belum berakhir dengan kepedihan.”

“aku belum musnah dengan kesakitan.”

Aku tidak pernah berharap akan jadi seperti ini. Yang aku tahu, aku sudah terbuang, namun biarlah. Sekarang aku sudah berubah, kita akan ku tantang semua yang datang.

Menjadi korban dari keserakahan memang tak pernah terbayang tapi, itu terjadi… pada diriku.

Hitam. Tak ada kata menyesal jika namaku hitam. Memang namaku hitam. Aku tak akan protes, walaupun nama itu mencitrakan diriku. Menceritakan kalbuku yang gelap dan kesepian. Hitam.

Beruntung saat aku menemukan dia. Nasib kami tak jauh berbeda. Tidak memiliki tempat tinggal dan tidak memiliki keluarga. Rasanya seperti menemukan belahan jiwaku yang tersembunyi.

Sama menderita. Sama kesakitan. Sama kebingungan.

Hmm.. Memanga ada korbanperang yang BAHAGIA. Pernah kau temukan mereka TERTAWA, saat semuanya telah tak ada. Lihat aku dan dia, walaupun kami tak pernah berperang. Aku sendiri, hampir mati karena kesepia. Tak ada air mata karena sudah habis. Akhirnya dia datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun