Hari Santri Nasional merupakan event yang begitu penting bagi bangsa Indonesia, peringatan ini dilaksanakan setiap tanggal 22 Oktober untuk mengenang peran besar para ulama dan kaum santri yang telah gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dari kekuatan tiran pengecut yakni penjajah yang rakus dan haus.
Dilaksanakannya peringatan ini bermula dari usulan dari KH. Thoriq Darwis, yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Babussalam di Banjarejo, Malang, Jawa Timur. Kala itu, ketika menyambut kedatangan capres Jokowi yang berkunjung ke Pondok Pesantren Babussalam, beliau meminta agar negara menetapkan peringatan Hari Santri Nasional. Dengan senang hati Jokowi menerima usulan tersebut dan berjanji akan mewujudkannya jika berhasil terpilih sebagai presiden.
 Setelah itu, muncul banyak pendapat yang mengusulkan penetapan peringatan tersebut, sebagian orang menyarankan agar peringatan Hari Santri tidak dilakukan pada 1 Muharram, melainkan pada 17 Ramadhan dikarenakan bertepatan dengan Nuzulul Qur'an. Usulan pada tanggal 22 Oktober di ajukan oleh KH Said Aqil Sirodj kepada pemerintah, yang bertepatan dengan peristiwa resolusi jihad.
Lantas, apa tujuan ditetapkannya Hari Santri pada tanggal 22 Oktober? apakah  hanya sebatas Presiden Jokowi menepati janjinya pada masa kampanye? jelas tidak seperti itu tujuannya, ditetapkannya Hari Santri Nasional memiliki salah satu tujuan utama yakni memberikan apresiasi dan pengakuan atas kontribusi besar ulama dan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan.Â
Para ulama dan santri memiliki peran yang begitu penting dalam melawan penjajah.Â
Selain itu, Hari Santri Nasional juga memiliki tujuan untuk mengingat, meneladani, dan melanjutkan perjuangan ulama dan santri dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Dikutip dari "Detikcom" yang ditulis oleh St.Fatimah pada Rabu, 09 Oktober 2024 dengan judul "Sejarah Hari Santri Nasional 22 Oktober serta Tujuan Penetapannya".
Sejarah telah mencatat bahwa para ulama dan santri  mengabdikan hidup mereka demi membela dan mempertahankan kemerdekaan, sebagai langkah awal terciptanya masyarakat yang adil dan sejahtera.Â
Dengan semangat yang membara para santri bergabung bersama seluruh fragmen bangsa demi melawan para penjajah, mereka mengumpulkan kekuatan mulai dari daerah-daerah terpencil, menyusun strategi, mengajarkan kepada semua rakyat betapa pentingnya arti kemerdekaan, dan kedaulatan bangsa Indonesia.
Pada tanggal 22 Oktober di bawah pimpinan KH. Muhammad Hasyim Asy'ari selaku Rais Akbar Jam'iyyah Nahdlatul Ulama, Â para ulama mengeluarkan fatwa "resolusi jihad Nu". Tak disangka fatwa tersebut memicu terjadinya pertempuran sengit antara rakyat sipil dan tentara sekutu Netherlands-Indies Civil Adminitrasion (NICA) pada tanggal 26 Oktober hingga 9 November 1945 di Surabaya.
Resolusi Jihad NU merupakan perintah tegas dari para ulama kepada umat Islam yang berada di sekitar  pulau Jawa yang memiliki jarak masafatul qosr ( ),resolusi ini diserukan di rumah-rumah, musholla hingga masjid. Fatwa tersebut berisi tentang kewajiban bagi mereka untuk membela Tanah Air dari para penjajah yang telah menghalangi Indonesia untuk merdeka.Â
Resolusi ini diserukan di rumah-rumah, musholla hingga masjid. Dilansir dari "Nu Online" yang ditulis dari amanat PBNU (Prof.Dr.KH Said Aqil Sirodj, MA) Â pada Jum'at, 22 Oktober 2021 dengan judul "Sejarah Hari Santri".
Adapun logo Hari Santri Nasional memiliki makna tersendiri, gambar santri yang berlari dan mengangkat tangan melambangkan semangat juang yang tidak mengenal kata lelah. Berlari memiliki indikasi kemajuan yang lebih baik dan dinamika melambangkan kerja sama dan tekad yang gigih . Gambar tali yang melilit memiliki kesinambungan, yang melambangkan kekuatan, ketahanan dalam menghadapi arus tantangan masa depan.
Lingkaran merah melambangkan keberanian untuk sebuah pengorbanan dan perjuangan. Kombinasi antara lingkaran dan warna merah bermakna perjuangan dan rasa kebersamaan harus terus mengalir tanpa henti, memupuk keberanian dan tekad kuat demi  meraih kesejahteraan untuk masa depan. Dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Allan Setyoko yang berjudul "Makna Hari Santri Nasional 2024".
 Jika jihad pada zaman dahulu adalah membela bangsa dan memerangi orang-orang kafir yang telah menghalangi kemerdekaan, lalu bagaimana dengan jihad pada zaman sekarang?. Jihad zaman sekarang bukan berarti harus berperang seperti zaman dahulu, cukup berjuang memerangi hawa nafsu dan berusaha untuk menjadi yang lebih baik lagi.Â
Melaksanakan perintah Allah dan tentu menjauhi larangan Nya yang semata untuk mencari ridho Allah. Jihad zaman sekarang lebih condong melibatkan pengendalikan diri, peningkatkan spiritual, dan usaha untuk senantiasa  berbuat kebaikan.
Zaman sekarang resolusi jihad dipandang  sebagai momem kebangkitan santri menuju kemajuan dan perkembangan yang didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi . Resolusi santri pada masa kini mencerminkan upaya mereka dalam melawan penyebaran informasi yang salah di era digital.Â
Kebangkitan santri pada era digital ini dapat dilihat melalui banyaknya konten dakwah, dan podcast seperti pada Youtube, atau Instagram guna untuk menyalurkan ilmu dan menyebarkan nilai- nilai keislaman. Kebangkitan santri di era digital mencerminkan kemampuan mereka beradaptasi dengan perubahan zaman, di mana teknologi bukan lagi dilihat sebagai tantangan, tetapi sebagai alat untuk memperkuat dakwah, ekonomi, dan peran sosial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI