Mohon tunggu...
Dini Arisna
Dini Arisna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Diri arisna mahasiswa universitas tadulako prodi antropologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mereview Antropologi Agama Program Studi Antropologi UNTAD

19 Desember 2023   13:02 Diperbarui: 19 Desember 2023   13:17 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Masyarakat Lisan

Masyarakat Dayak adalah masyarakat lisan. Oleh karena itu tradisi lisan memainkan peranan sentral dalam tatanan hidup bermasyarakat. Tradisi lisan, kata Waiko (1981), adalah lan- dasan kesadaran diri dan otonomi sebuah suku bangsa ketika mereka berhubungan dengan dunia luar.

2. Hubungan Integral Dengan Tanah

Di berbagai sub-suku Dayak ditemukan suatu konsepsi yang serupa mengenai hubungan antara manusia dan tanah dengan segala isinya. Tanah adalah suatu entitas yang integral Dalam konteks kesatuan sub-suku, tanah milik kesatuan hukum adat sering disebut sebagai Binua (Kanayaan), Manoa (Iban), Ba- nua (Simpang, Laur, Jeka, Laur, Krio, La Lara, Bakati). Konsep kebenuaan, dengan demikian, adalah sebuah konsepsi geo-poli- tik. Tidak heran seorang pemuka adat Dayak Iban di Sarawak. dengan tegas melukiskan, "The Dayak Concept on Menoa is equivalent to the concept of state of today" (konsep tentang hanua bagi orang Dayak adalah ekuivalen dengan konsep ten- tang negara dewasa ini). Dalam batas banua terdapat tanah yang mengandung kekayaan sumber daya alam. Di dalam ba- mua terdapat rakyat yang memiliki seperangkat aturan (hukum) dan individu-individu yang diangkat oleh rakyat untuk mene- gakkan aturan itu.

Pandangan Tentang Jagad Raya

Menurut masyarakat Dayak, dunia dan segala isinya dicip- takan oleh Yang Maha Tinggi. Schärer (1963) dalam bukunya "Ngajuk Religion, the Conception of God Among a South Bor o Indigenous peoples" secara terus terang menyatakan, kon sep ketuhanan pada masyarakat Dayak tidak dapat dipahami neo.

Rumah Panjang: Keseimbangan Individu dan Kelompok

Masyarakat Dayak sebelum tahun 1950-an pada umum- nya hidup dalam komunitas rumah panjang (rumah panjai, ba tang, betang, radang). Rumah itu terdiri dari rumah-rumah ke- luarga yang bersamhung menjadi satu. Rumah panjang, terlepas dari bentuk dan panjangnya, tetap memiliki bagian yang tertutup dan bagian yang terbuka. Ini mencerminkan keseimbangan antara nilai individu (privasi) dan kolektif yang dianut oleh orang Dayak.

Bagian yang tertutup adalah bilik milik sebuah keluarga. Se dangkan bagian yang terbuka disebut sog atau soa Di sini se- tiap warga boleh duduk atau tidur-tiduran, ngobrol santai. Tetapi ketika masuk ke bagian bilik atau rumah, seseorang yang bukan bukan anggota keluarga yang bersangkutan tidak behas lagi.

Selebihnya rumah panjang adalah jantung kebudayaan Da- yak. Di situ berlangsung pendidikan bagi putra-putri Dayak. Orang-orang tua menuturkan sejarah keberadaan, adat istiadat, nilai-nilai sosial dan budaya. Di Kalimantan Indonesia, rumah panjang telah menjadi barang langka. Di Sarawak, rumah-ru- mah panjang tetap dipertahankan hingga hari ini.

Pembangunan: Modernisasi dan Pertumbuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun