Mohon tunggu...
Dini Aprilia Nurmala
Dini Aprilia Nurmala Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya memiliki pribadi yang ceria, suka bergaul, suka berbicara dan hobi saya adalah membaca. Kadang kalau lagi pusing, pasti harus baca buku (novel) biar bisa refresh gitu

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Menjaga Citra Baik Perusahaan dengan Memaksimalkan Praktik Manajeman Krisis dan Public Relations

1 November 2022   22:38 Diperbarui: 1 November 2022   22:50 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Seiring dengan perkembangan zaman dari waktu ke waktu, teknologi juga terus mengalami perkembangan dari masa ke masanya. Bisa kita lihat sekarang ini penggunaan teknologi, internet, dan sosial media sudah menjadi kebiasaan masyarakat sehari-hari. Bahkan mereka bisa lebih banyak menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan berselancar di dunia maya, melihat berbagai informasi terbaru yang bisa diakses dengan mudah dan cepat. 

Dengan adanya sosial media ini banyak orang yang bisa menyampaikan pendapatnya di sosial media berkaitan dengan banyak hal yang terjadi, ikut mengomentari suatu berita yang ada di sosial media atau memberikan kritik dan saran melalui sosial media untuk berbagai hal. 

Penggunaan teknologi ini tentu saja harus dibarengi dengan penggunaan yang bijak dan tidak melanggar etika dalam bersosial media. Salah satunya dalam menyampaikan pendapat atau kritik, tentu saja harus disampaikan dengan bahasa yang baik dan bijak, karena informasi yang ada dalam sosial media ini bisa menyebar dengan begitu cepat. Maka dari itu ketika kita akan memberikan pendapat melalui sosial media harus benar-benar dipikirkan dulu secara matang apakah sudah menggunakan diksi bahasa yang baik atau belum.

Penggunaan sosial media sendiri tidak hanya digunakan oleh pihak individu saja, namun seiring dengan berjalannya waktu banyak para pelaku bisnis yang menggunakan sosial media untuk mempromosikan produk dan mengenalkan produknya ke khalayak umum dengan cepat dan efektif di masa sekarang ini. Selain digunakan untuk bahan promosi, sosial media yang dimiliki oleh pelaku bisnis juga biasanya digunakan oleh perusahaan untuk memberikan gambaran kepada konsumen atau pelanggan terkait dengan usahanya, dengan kata bisa juga disebut bahwa sosial media ini menjadi penghubung secara langsung antara pelaku bisnis dengan publik (masyarakat). 

Dengan adanya sosial media sendiri pasti memberikan berbagai dampak bagi perusahaan baik dampak positif sampai negatif. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat ini bisa memudahkan kita dalam mengakses berbagai informasi dengan mudah. Sedangkan untuk dampak negatifnya sendiri yaitu terkadang informasi yang dimuat di sosial media tidak semuanya benar, sehingga kita sebagai pengguna sosial media harus selektif dalam menanggapi informasi yang ada di sosial media.

Sementara untuk perusahaan sendiri dengan adanya penyebaran informasi yang cepat lewat sosial media bisa memberikan dua pengaruh yaitu jika informasi yang disebarkan tentang citra baik perusahaan maka akan semakin banyak orang yang percaya atau mengetahui bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan dengan kualitas yang baik. Namun, sebaliknya ketika informasi yang tersebar tersebut adalah informasi yang kurang baik mengenai kinerja usahanya, misal muncul karena kritik konsumen di sosial media yang kurang baik. 

Maka hal ini juga akan menyebar dengan cepat, yang akhirnya bisa menyebabkan citra baik perusahaan dalam bahaya. Isu negatif yang disebabkan oleh kritik dari konsumen di sosial media sendiri dialami oleh Es Teh Indonesia dimana ada salah satu konsumennya yang mengkritik produk dari Es Teh di twitter dengan kritik yang kurang baik mengenai produk yang dibelinya. Pengguna akun twitter @Gandhoyy memberikan kritik pada es teh bahwa takaran gula dalam produk Chizu Red Velvet dianggap berlebihan, dia menganggap bahwa gula yang terkandung dalam produk itu ada 3kg.

Kritik yang dilakukan oleh konsumen tersebut sontak membuat warga twitter ramai dan ikut berkomentar. Apalagi tindakan yang diambil oleh Es Teh Indonesia dengan mengeluarkan somasi kepada konsumen tersebut untuk menghadapi masalah yang terjadi. Hal inilah membuat permasalahan semakin membesar dan banyak netizen yang menyayangkan terkait langkah somasi yang diambil oleh Es Teh tersebut. Ada yang beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Es Teh tersebut berlebihan yang akhirnya mulai muncul stigma negatif untuk Es Teh Indonesia dengan adanya kejadian ini. 

Langkah yang diambil oleh Es Teh Indonesia ini dengan mengeluarkan somasi merupakan langkah yang kurang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Maka disini manajemen krisis yang baik sangat diperlukan ketika menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan citra baik perusahaan. 

Manajemen krisis sendiri merupakan cara yang digunakan oleh perusahaan dalam menghadapi suatu peristiwa atau kejadian, dimana dengan adanya manajemen krisis yang baik diharapkan dapat meminimal resiko kesalahan informasi juga mengurangi atau mencegah terjadinya kerugian. Dari sini kita sadari bahwa manajemen krisis memiliki peran penting dalam menjaga citra baik perusahaan dimata publik. Peran public relations juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan ketika menghadapi sebuah permasalahan.

Publik relations ini memiliki peran dalam mengelola dan mengembangkan reputasi perusahaan, juga berperan dalam membangun hubungan baik dengan publik. Dalam kasus ini kita bisa melihat bahwa strategi yang diambil oleh Es Teh Indonesia ini kurang tepat yang menandakan bahwa praktik manajemen krisis dan praktik public relations yang ada belum sepenuhnya dilakukan dengan baik. Seharusnya dalam menghadapi permasalahan ini pihak perusahaan bisa menggunakan berbagai strategi yang tepat dan meminimalisir munculnya stigma negatif dari publik pada usahanya.

Kita bisa mengambil contoh praktik public relations (PR) pada Pizza Hut ketika mereka mendapat permasalahan yang sama, dimana ada pihak luar yang menganggap bahwa makanan yang dijual oleh mereka ada makanan yang sudah kedaluwarsa, tentu saja hal ini menyebar dengan begitu cepat di sosial media. Namun, tindakan yang diambil oleh Pizza Hut tepat dengan menerapkan langkah-langkah krisis publik relations. Adapun langkah yang diambil oleh Pizza Hut yaitu yang pertama dalam menghadapi krisis yang terjadi akibat kritik dari konsumen tersebut pihak perusahaan langsung mengadakan konferensi pers sebagai bentuk respon awal terkait isu tersebut. Selain itu mereka juga langsung mengundang media untuk melihat secara langsung gudang penyimpanan persediaan bahan baku. 

Langkah yang diambil oleh pizza hut dalam menyampaikan informasi dengan jujur, juga pemanfaatan sosial media dengan baik dalam menghadapi kasus tersebut, mulai dari pembuatan tagar #IntipDapurPizzahut dan  #UngkapDenganFakta. Dengan penggunaan tagar ini maka akan membuat berita tersebar dengan cepat pada publik, isu yang muncul ini juga tentu saja selaku pelaku usaha kita harus menanggapinya dengan cepat dan tepat untuk menghindari stigma negatif dari publik terhadap perusahaan. Hal yang baik dilakukan oleh pihak pizza hut juga yaitu dengan mendatangkan dinas kesehatan untuk memeriksa bahan baku yang digunakan dan kedatangannya diperlihatkan di sosial media pada publik guna memulihkan kembali citra baik dari perusahaan.

Sebagai pelaku usaha juga sudah sewajarnya kita harus menjaga hubungan baik dengan publik dan mendengarkan kritik juga masukan yang disampaikan oleh publik bagi perusahaan. Maka dari itu jika kita bandingkan dengan langkah yang diambil oleh Es Teh Indonesia dan Pizza Hut sangat jauh berbeda. 

Seharusnya dalam merespon krisis yang terjadi akibat dari kritik konsumen yang kurang baik terhadap salah satu produk, pihak es teh bisa mengambil langkah dengan menjelaskan komposisi gula yang ada dalam produk tersebut. bisa juga dengan membuat video edukasi terkait cara pembuatan produk itu yang kemudian disebarkan melalui sosial media dengan tujuan untuk menghilangkan stigma negatif masyarakat. 

Jika dilihat dari sisi positifnya terlepas bagaimana konsumen tersebut menyampaikan kritiknya, perusahaan seharusnya bisa memanfaatkan momen ini untuk perbaikan produknya atau membangun citra baik kepada publik dengan melakukan respon baik terhadap konsumen yang melakukan kritik terhadap produknya. Karena pada dasarnya konsumen yang berani untuk menyampaikan kritik, saran atau pendapat merupakan sebuah aset yang harus dijaga. Dimana dengan adanya kritik atau saran akan memudahkan pelaku usaha untuk mengetahui produk seperti apa sih yang diinginkan oleh konsumennya. Namun, dalam kasus ini jika kita lihat dari cara fenamfakan pendapat alangkah lebih baiknya konsumen yang berpendapat tersebut bisa menyampaikan pendapatnya dengan baik.

Disini kita bisa melihat bahwa manajemen krisis dan public relations yang baik sangat penting dimiliki oleh perusahaan, terlebih di zaman yang sudah serba online ini informasi bisa menyebar dengan cepat, yang menuntut praktisi public relations untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Juga dalam mengambil langkah untuk menghadapi sebuah permasalahan harus dipikirkan dan dilihat sebab akibatnya, jangan sampai langkah yang diambil untuk menangani permasalahan malah menjadi masalah tambah buruk dan berakhir citra perusahaan yang dipandang kurang baik juga oleh publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun