KONEKSI ANTARMATERI MODUL 2.1 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
OLEH : DINI APRIANI, S.Pd. (CGP Angkatan 9)
"Semua pengetahuan terhubung ke semua pengetahuan lainnya. Yang menyenangkan adalah membuat koneksinya."
(Arthur Aufderheide)
Pertanyaan pemantikÂ
- Apakah saya mengubah pemikiran saya sebagai akibat dari apa telah saya pelajari?Â
Ya, tentu saya mengubah pemikiran saya setelah mempelajari modul 2.1 dan modul 1.1 hingga 1.4. Â Sebelum mempelajari modul-modul ini, pembelajaran saya hanya fokus pada transfer ilmu saja, tidak terlalu memperhatikan apakah pembelajaran saya berpihak pada anak atau tidak. Pendidikan sejatinya menuntun seorang anak menuju tujuan dan keselamatan hidupnya sesuai dengan kodratnya. Setelah mempelajari modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi saya semakin memahami tentang pembelajaran yang berpihak pada anak. Pada pembelajaran berdiferensiasi, kegiatan pembelajaran memperhatikan kebutuhan setiap murid dan dapat meliputi diferensiasi proses, konten, dan produk.
- Bagaimana perubahan pemikiran tersebut berkontribusi terhadap pemahaman saya tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi?
Sebelumya saya menganggap pembelajaran berdiferensiasi sangat repot dan sulit dilakukan. Ternyata setelah saya mempelajarinya, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang sulit untuk diimplementasikan di kelas. Bahkan sebenarnya tanpa disengaja, banyak guru yang sudah menerapkannya di kelas. Pembelajaran diferensiasi memenuhi kebutuhan belajar setiap murid. Kebutuhan belajaran itu bisa dilihat dari kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar murid. Oleh sebab itu dibutuhkan asesmen diagnostik di awal pembelajaran. Setelah mengetahui kebutuhan belajar murid, saya dapat merancang kegiatan pembelajaran yang meliputi diferensi proses, konten, dan produk. Semua ini saya lakukan untuk tujuan melakukan pembelajaran berpihak pada murid.
- Bagaimana saya tetap dapat bersikap positif walaupun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini?
Tentu banyak tantangan dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ini. Oleh karena itu, saya akan mengambil sikap positif untuk tetap semangat meneguhkan niat dan mengingat tujuan pembelajaran adalah untuk menuntun mereka menuju tujuan dan kebahagiaan hidup. Saya akan merefleksi kegiatan pembelajaran dan melakukan perbaikan-perbaikan.
Refleksi Individu
Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang memperhitungkan perbedaan individu dalam kelas dan menyesuaikan proses dan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar setiap murid. Kebutuhan belajar murid tersebut meliputi aspek kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid. Kebutuhan belajar murid tidak sama sehingga guru sebagai fasilitator harus dapat memahami dengan berbagai cara agar kebutuhan belajar murid yang beragam dapat di penuhi antara lain melalui pembelajaran berdiferensiasi, sehingga hasil yang dicapai dapat optimal.
Sebagai seorang guru, pastinya kita memahami bahwa murid memiliki keanekaragaman dan  keunikannya masing-masing. Dengan keanekaragam itulah, guru sebagai seorang pendidik harus bertindak menjadi fasilitator yang memfasilitasi kebutuhan belajar muridnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh kareba itu dibutuhkan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi perlu persiapan, strategi pembelajaran yang tepat baik diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk dengan mengacu pada aspek pemetaan kebutuhan belajar peserta didik.
Sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi, perlu dilakukan pemetaan kebutuhan belajar, yang meliputi  3 aspek, yaitu :
a). Kesiapan belajar yaitu guru perlu melihat kesiapan belajar murid untuk mengetahui kapasitas murid dalam mempelajari materi, konsep atau keterampilan baru.
b). Minat belajar yaitu guru memberikan pilihan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan minatnya. Belajar sesuai minat dapat meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
c). profil belajar yaitu guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara alami dan efisien bergantung dari gaya belajarnya, kecerdasan majemuknya, pengaruh budaya dan lingkungannya.
 Setelah mengetahui kebutuhan belajar murid, guru bisa melakukan 3 strategi diferensiasi, yaitu:
a). Diferensiasi konten : merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Contoh: memberikan pilihan konten materi kepada murid untuk dipelajari, seperti pada materi setruktur dan fungsi organ makhluk hidup, murid dapat memilih untuk mempelajari organ pernapasan, organ pencernaan, organ peredaran darai ataupun organ lainnya.
b). Diferensiasi proses : merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dilalui oleh murid yang dapat memungkinkan murid untuk berlatih dan memahami konten. Contoh: menghadirkan berpagai kegiatan pembelajaran yang menarik dalam penyampaian dan eksploari materi seperti bermain peran, diskusi kelompok atau bimbingan secara indifidu bagi murid yang membutuhkan.
c). Diferensiasi produk : merujuk pada strategi membedakan produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari. Memberikan pilihan yang luas pada murid dalam menyajikan produk atau hasil belajar yang telah dilaksanakan seperti pembuatan poster, slide presentasi, model tiruan, artikel, peta konsep maupun poster.
Keterkaitan Modul 2.1 dengan Modul Lainnya
Dengan melihat penjelasan pembelajaran berdiferensi tersebut, kita dapat melihat penerapan pembelajaran yang berpihak pada murid yang menuntun anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Ini sesuai dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yang dibahas pada modul 1.1. Pendidikan menurut KHD merupakan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Tugas guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam.
Terkait dengan peran yang harus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berdiferensiasi, ini sangat berkaitan dengan modul 1.2 nilai dan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak tersebut antara lain mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif, berpihak pada murid. Pembelajaran diferensiasi yang sangat memperhatikan kebutuhan murid berkaitan dengan nilai berpihak pada murid. Kaitan dengan modul 1.3 tentang visi guru penggerak adalah memberikan ruang kepada murid untuk dapat mengoptimalkan potensi dari minat dan bakatnya sehingga murid dapat kuat dan mandiri, salah satu metode yang digunakan yaitu pembelajaran diferensiasi. Sedangkan kaitan dengan modul 1.4 tentang budaya positif yang dikembangkan di sekolah memiliki tujuan pembentukan karakter baik pada murid. Hal ini di pengaruhi oleh pembelajaran yang nyaman dan berpihak pada murid dengan memperhatikan kebutuhan belajarnya, pada pembelajaran diferensiasi melalui konten, proses maupun produknya dapat mengoptimalkan hal tersebut.
Dalam praktiknya nanti, tentu akan banyak hambatan dan permasalahan yang muncul. Namun yang perlu diingat guru adalah semua akan selesai jika guru menyerah dan hanya fokus pada tuntutan akademik saja. Guru perlu menguatkan dirinya sebagai seorang fasilitator dan among untuk muridnya menuju tujuan dan kebahagiaan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H