Dalam kegelapan malam yang sunyi,
Hati anak broken home berbicara diam-diam,
Menari sendiri di relung hatinya yang hampa,
Menghadapi luka yang tak pernah terucap.
Langkah-langkahnya seakan melukis cerita,
Tentang rumah yang retak dan sepi,
Ibukota rasa pilu dan kehilangan,
Ayahnya pergi, meninggalkan tanya yang menganga.
Di dalam tidurnya, ia menangis dalam bisu,
Menggapai bayangan yang pergi jauh,
Sepotong-sepotong kenangan terpilin,
Seakan menjadi kanvas rasa hancur yang tak tergambarkan.
Tuk bangkit dan menari, meski sendiri,
Tarian hatinya penuh dengan haru dan perlawanan,
Ia takkan biarkan luka merenggut jiwanya.
Dirinya menari dalam sorotan cahaya mentari,
Menyatukan kepingan hati yang tersakiti,
Dalam gerakannya, ia menemukan arti,
Bahwa walau terluka, ia tetap punya diri.
Dalam langkah-langkahnya, ia menemukan kisah,
Anak broken home yang kuat dan tegar,
Mengubah penderitaan menjadi kekuatan,
Tarian hatinya menjadi lukisan yang memukau.
Ketika fajar datang, tarian itu berakhir,
Namun semangatnya tetap terus bersinar,
Anak broken home dengan hati yang terluka,
Menari dalam kehidupan, mencari makna yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H