Mohon tunggu...
Dini ApriliNurfajri
Dini ApriliNurfajri Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas singaperbangsa karawang

Saya mahasiswa semester 3, hobi saya menulis dan ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

6 Hambatan Sosiokultural dalam Komunikasi Massa Beserta Contohnya

6 November 2023   18:58 Diperbarui: 6 November 2023   19:16 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua kegiatan akan menghadapai berbagai macam hambatan, ini tentu mempengaruhi efektivitas tercapainya suatu kegiatan. Dalam konteks komunikasi dikenal pula sebagai gangguan mekanik maupun sematik, gangguan ini termasuk ke dalam hambatan  komunikasi (Effendy, 1993:45). Menurut buku komunikasi massa suatu pengantar edisi revisi penulis Dr. Elvinaro Ardianto, M.Si., Dra. Lukiati Komala, M.Si., dan Dr. Siti Karlinah, M.Si. Terdapat 3 hambatan komunikasi massa yaitu psikologis, sosiokultural, dan interaksi verbal. Di sini kita akan membahas lebih spesifik lagi mengenai hambatan sosiokultural dalam komunikasi massa. Sebelum mendalami tentang hambatan sosiokultural dalam komunikasi massa, perlu kita ketahui apa itu komunikasi massa.

Menurut Onong Uchjana Effendy (2000, p.50) komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Proses tersebut tentunya akan berjalan lancar apabila penerima pesan (khalayak) mampu menerima informasi dengan baik. Sayangnya, salah satu faktor penghambat yang mungkin terjadi yaitu dari segi sosiokultural. Hambatan sosiokultural ini terjadi terdapat beberapa faktor:

1. Aneka Etnik

Indonesia mempunyai belasan ribu pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, itu merupakan kenyataan alam yang tak terhingga nilainya. Setiap pulau dihuni oleh etnik (suku) yang berbeda. Pulau-pulau umumnya memiliki budaya yang khas dan unik. Akan tetapi kekayaan Indonesia yang sering menjadi kebanggaan bangsa Indonesia terkadang menjadi faktor penghambat dalam kegiatan komunikasi massa, karena terdapat banyaknya perbedaan yang sangat beragam.

Contohnya; Perbedaan dalam makna (arti), menjulurkan lidah bagi orang barat merupakan penghinaan, bagi orang cina menjulurkan lidah merupakan ungkapan rasa malu karena telah berbuat kesalahan sosial.

2. Perbedaan Norma Sosial

Perbedaan norma sosial dapat didefinisikan sebagai suatu cara, kebiasaan, tata krama, adat istiadat yang disampaikan secara turun temurun yang dapat memberikan petunjuk bagi seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku dalam masyarakat (disarikan dari Soekanto, 1982: 194). Mengingat beragamnya norma sosial yang berlaku di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan terdapat pertentangan nilai dalam arti kebiasaan dan adat istiadat yang dianggap baik bagi suatu masyarakat, dianggap tidak baik bagi masyarakat lainnya dan sebaliknya.  Perbedaan norma sosial ini seringkali terjadi di masyarakat, sehingga komunikator harus mengkaji apakah pesan tidak melanggar norma sosial tertentu dan memperhatikan perbedaan tersebut agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan. Selain itu, perbedaan kepentingan antarindividu komunikan juga dapat menjadi hambatan dalam komunikasi massa. Karena komunikan dalam komunikasi massa sangat heterogen, hal ini memungkinkan setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda. Oleh karena itu, komunikator harus memperhatikan perbedaan kepentingan tersebut agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh seluruh komunikan.

Contohnya: Suku jawa terbiasa dengan tatakramanya yang santun dengan tutur katanya yang lemah lembut. Sedangkan orang Batak dikenal dengan tutur kata dengan nada yang tinggi terkesan kasar, padahal itu sudah menjadi kebiasaan budayanya. Menurut antropolog Universitas Negeri Medan, Prof. Usman Pelly, alasan orang Batak berbicara keras tidak bisa dilepaskan dari kondisi geografis dan lingkungan aslinya di sekitar Danau Toba. Apabila suatu kelompok tinggal berjauhan atau hidup di perladangan yang luas, cara mereka untuk berkomunikasi adalah berbicara dengan nada yang keras.

3. Kurang Mampu Berbahasa Indonesia

Keragaman bahasa yang ada di Indonesia adalah sebanyak etnik yang ada atau belasan ribu pulau. Jadi bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang selalu kita ucapkan pada saat memperingati sumpah pemuda. Masyarakat Indonesia cenderung lebih sering menggunakan bahasa daerah mereka sendiri sehingga berbicara bahasa daerah mereka lebih lancar, dibandingkan berbahasa Indonesia. Terutama di daerah terpencil ada saja yang belum bisa berbahasa Indonesia. Hal ini menyebabkan penghambat komunikasi massa, semua media massa rata-sata menggunakan bahasa nasional (Indonesia) untuk memastikan audiens dapat memahami informasi atau pesan yang disampaikan. Masyarakat yang belum bisa berbahasa Indonesia maka sulit untuk menyerna dan bahkan terjadi kesalahpahaman.

Contohnya: Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yang harus segera diketahui dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Cara cepat untuk mengomunikasikan pesan itu adalah melalui media massa (radio siaran, surat kabar dan televisi). Masalah akan timbul manakala komunikan tidak bisa berbahasa Indonesia, pesan tersebut tidak sampai pada mereka. Dalam menanggulangi masalah ini, pemerintah akan menggunakan aparat setempat untuk mengkomunikasikan kebijakan dan program pemerintah dengan menggunakan bahasa daerah setempat.

4. Faktor Semantik

Semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata yang sebenarnya, jadi hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa. Hambatan semantik dalam suatu proses komunikasi dapat terjadi dalam beberapa bentuk.

Pertama, Komunikator terlalu cepat dalam berbicara sehingga komunikan kesulitan memahami pesan yang disampaikan. Kata-kata terlanjur terucapkan dengan cepat sehingga terjadi kesalahan pengucapan, hal itu menjadi cacat dalam kegiatan komunikasi, apalagi kalau kesalahan ucap itu sering dilakukan.

Hambatan semantis kedua, adalah adanya perbedaan makna dan pengertian untuk kata atau istilah yang sama sebagai akibat aspek psikologis. maka seorang komunikator perlu berhati-hati dalam menggunakan istilah-istilah dalam komunikasi massa.

Bentuk hambatan semantis ketiga, adalah adanya pengertian yang konotatif. Sebagaimana kita ketahui semantik adalah kata yang sebenarnya, pengertian kata yang sebenarnya itu disebut pengertian denotatif, yaitu kata-kata yang lazim diterima oleh orang-orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama (Efendy, 1981: 42). Kata tertentu orang menyatakannya atau menafsirkannya secara konotatif, yakni memberi makna atau mengartikan kata atau istilah secara emosional dan bersifat evaluatif. Selama komunikan memberi arti secara konotatif pada pesan yang disampaikan oleh komunikator, maka komunikasi bisa gagal.

Contoh: secara denotatif semua orang setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang. piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan. Tetapi untuk orang-orang lainnya, perkataan anjing mengonotasikan binatang yang menakutkan dan berbahaya.

5. Pendidikan Belum Merata

Pendidikan Indonesia saat ini sudah tersebar di seluruh pulau dan kepulauan nusantara. Namun dari segi fasilitas maupun kualitas, pendidikan desa dan kota sangatlah berbeda. Hal tersebut mempengaruhi tingkat pendidikan rakyat Indonesia belum merata. Di perkotaan relatif banyak penduduk dapat menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Tetapi di desa-desa terpencil, jangankan menyelesaikan perguruan tinggi, kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan dasar pun relatif kecil. Masalah ini menjadikan hambatan dalam proses komunikasi massa, khusunya dalam tingkat pendidikan. Komunikator akan kesulitan dalam menyusun dan menyampaikan pesan. Heterogenitas komunikan akan menimbulkan masalah yang beragam.

Contohnya: Komunikan berpendidikan rendah tidak dapat menerima pesan secara benar karena keterbatasan daya nalarnya atau daya tangkapnya. Wawasan dan pengetahuan mereka tidak dapat menjangkau pesan komunikasi.

6. Hambatan Mekanis

Hambatan mekanis dalam komunikasi massa terjadi karena adanya gangguan teknis pada media massa. Hambatan mekanis pada media televisi terjadi stasiun atau pemancar mendapat gangguan, sehingga gambar yang diterima pada televisi tidak jelas, buram bahkan tidak ada gambar sama sekali. Begitu pula media radio siaran, suara bisa tidak jelas, atau tidak bersuara sama sekali. Sedangkan hambatan mekanis pada media cetak, seperti surat kabar dan majalah, dapat berupa kerusakan mesin cetak. Hambatan ini dapat mempengaruhi efektivitas proses komunikasi massa, terutama dalam hal penyampaian pesan yang tidak dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Oleh karena itu, penting bagi komunikator komunikasi massa untuk memastikan bahwa peralatan teknis yang digunakan dalam proses komunikasi massa berfungsi dengan baik dan tidak mengalami gangguan teknis yang dapat menghambat proses komunikasi. Selain itu, komunikator juga harus memperhatikan kualitas pesan yang disampaikan agar dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Contohnya: Hambatan mekanis pada media cetak, seperti surat kabar dan majalah. Kerusakan pada mesin cetak yang mengakibatkan hasil cetakan tidak terbaca dengan jelas, waktu terbit terlambat hingga terlambat pula tiba di tangan pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun