Pagi itu hari sabtu, dimana aku mulai menyiapkan segala keperluan yang akan aku bawa ketempat kerjaku. Pagiku mulai dengan bangun pagi dan melaksanakan ibadah sholat subuhku. Sambil menunggu waktu dhuhaku, aku memasak makanan untuk keluargaku. Hal ini sudah menjadi kebiasaanku setiap pagi.Â
Pukul enam pagi aku mulai sholat dhuha, sambil menunggu anak bungsuku yang masih TK mandi untuk berangkat sekolah. Sholat dhuhaku selesai, selesai pulalah anakku mandi dan segera kusiapkan seragamnya. Menyuapi makan serta menyiapkan tas sekolahnya.Â
Pukul setengah tujuh lewat sedikit aku sudah siap mengantarkan anakku sekolah, yang kebetulan sekali sejalur dengan tempat kerjaku. Meminta ijin suami dan menyalaminya seperti yang setiap lagi aku lakukan saat akan berangkat kerja. Memakai helm dan menaiki sepedaku sambil mengingat apa yang mungkin tidak terbawa olehku.Â
Anak bungsuku si Alsya naik ke sepeda  motor yang sudah aku hidupkan. Sejenak aku mengingat kembali tasbih digital yang biasa aku bawa saat akan  berangkat ketempat kerjaku tertinggal di dekat jendela. Sambil mengatakan pada suamiku dan menyuruhnya untuk membawakannya untukku.
Suamiku berkata, berdzikirlah dalam hati tidak perlu pake tasbih. Namun aku bersikeras untuk memakai tasbih digitalku di telujuk tanganku dan mengucap salam untuk berangkat kerja. Rasanya dengan berdzikir di jalan hatiku tenang, meminta kepada-Nya perlindungan untukku dan keluargaku.Â
Tak terasa sampailah aku di sekolah anakku, dan aku langsung mencium keningnya sambil mendoakan Alsya. Semoga jadi anak sholehah, pintar dan sukses di masa depan. Sambil berlari kecil Alsya melambaikan tangan kepadaku, kemudian menyalami guru yang sudah menyambutnya di pintu gerbang sekolahnya.
Perjalanan menuju tempat kerjaku sekitar 30 menit. Dengan kecepatan yang sedikit santai sambil berdzikir dengan bantuan tasbih digitalku, rasanya damai yang kurasa. Dalam hati dan pikiranku hanya memuja Allah sebagai Tuhan pemilik semesta alam dan seisinya. Apalah diriku yang hanyalah hamba yg banyak dosa serta kesalahan. Meminta ampunan-Nya untuk seusiaku saat ini yang memasuki kepala empat ini sudah menjadi keharusan buatku.
 Tak ada yang tahu umur seseorang. Kapan saja bila sudah waktu dan takdirnya, manusia manapun tak akan bisa menolak jika sudah di panggil oleh yang Maha kuasa. Jalan yang mudah adalah selalu mengingat Allah, meminta pengampunan kepada-Nya. Karena aku menyadari dulu aku pernah berbuat salah dan memiliki kesalahan yang mungkin juga tidak aku sadari.Â
Terima kasih Tuhan, telah memberikan nikmat sehat dan umur sampai saat ini. Terima kasih telah memberikan banyak kenyaman serta kebahagian sampai hari ini. Apalah aku tanpamu Tuhan. Engkau yang memiliki hati dan jiwa ini, Engkau pula tempat aku berserah. Hidup dan matiku hanya padaMu, Sholat serta ibadahku hanyalah kepadaMu. Terima kasih sudah menjaga dan melindungi aku selamat sampai ketempat kerjaku.Â
Hari ini ada jadwal untuk menjenguk salah satu rekan kerjaku yang sakit. Namun ditengah peejalanan aku sedikit lengah. Aku menyebrang jalan namun tiba-tiba seseorang menabrak sepeda motorku.Â
Orang itu mengatakan aku yang salah karena tidak hati-hati. Aku pasaran saja karena rasa kaget yang aku alami saat ditabrak olehnya. Kakiku kamu dan terasa sakit saat berjalan. Sepatu yang aku pakai terlempar entah kemana. Dan aku lihat kaos kakikupun sudah bolong sedikit dibagian ujungnya. Aku berkata dalam hatiku, Ya Allah.. Kakiku luka pastinya.Â