Pembuatan Tumpeng untuk Memeriahkan Lomba 17 Agustus di Kecamatan Bandongan bersama :Â PKK DESA TONOBOYO Â X Â UNNES GIAT 9 DESA TONOBOYO
Setiap tahun, tanggal 17 Agustus selalu dirayakan dengan penuh semangat oleh seluruh masyarakat Indonesia. Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79 ini menjadi momentum penting untuk mengenang perjuangan para pahlawan sekaligus mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu tradisi yang tak pernah absen dalam perayaan ini adalah lomba memasak tumpeng, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai acara di seluruh pelosok negeri, termasuk di Kecamatan Bandongan.
Tumpeng adalah hidangan khas Indonesia yang biasanya disajikan dalam acara-acara perayaan atau syukuran. Hidangan ini berbentuk nasi yang dibentuk menyerupai gunung, melambangkan keagungan dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang melimpah. Nasi tumpeng biasanya ditemani dengan lauk-pauk tradisional seperti ayam goreng, telur, tempe orek, urap, dan sambal. Keberadaan tumpeng dalam perayaan 17 Agustus tak hanya sebagai sajian lezat, tetapi juga sebagai simbol doa dan harapan untuk Indonesia yang lebih sejahtera dan damai.
Di Kecamatan Bandongan, pembuatan tumpeng menjadi salah satu agenda lomba yang paling ditunggu-tunggu dalam rangkaian perayaan HUT RI. Lomba ini diikuti oleh berbagai kelompok dari setiap desa dan instansi setempat. Setiap peserta berlomba-lomba untuk menciptakan tumpeng terbaik, tidak hanya dari segi rasa, tetapi juga dari segi estetika. Dan pesertanya adalah ibu-ibu dari setiap desa maupun instansi.
Persiapan untuk lomba tumpeng biasanya dimulai beberapa hari sebelum acara. Terutama Masyarakat Desa Tonoboyo yang antusias mengikuti serangkaian lomba yang diselenggarakan. Ibu-ibu PKK Desa Tonoboyo berkumpul untuk berdiskusi dan merencanakan konsep tumpeng mereka.Â
Ada yang mengusulkan tema tradisional, ada juga yang mengusung tema modern, namun tetap mempertahankan esensi dari tumpeng itu sendiri. Dari usulan-usulan yang tercetus disepakati tumpeng yangh akan dibuat diwujudkan dalam bentuk dekorasi yang unik dan menarik, berbentuk bendera merah putih dengan segala sajiannya yang menyesuaikan.
Ibu-ibu PKK Desa Tonoboyo berusaha membuat tumpeng sebaik-baiknya karena berdasarkan pengalaman dari desa-desa lain yang memenangkan perlombaan hias tumpeng selalu berani effort untuk membuat tumpeng dengan garnish yang tidak biasa-biasa saja. Sehingga ibu-ibu PKK Desa Tonoboyo membuatan tumpeng tentunya dengan memilih bahan baku terbaik.Â
Bentuk kerucut ini melambangkan gunung yang dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai tempat suci tempat tinggal para dewa. Setiap lauk memiliki makna tersendiri. Ayam Ingkung memiliki arti mengayomi. Kata Ingkung ini diambil dari kata "jinakung" dalam bahasa Jawa dan "manekung" yang berarti memanjatkan doa., telur rebus yang dikupas melambangkan kesempurnaan, sementara urap-urap yang terdiri dari sayuran melambangkan keharmonisan dan kebersamaan.
Proses menghias tumpeng juga menjadi momen yang penuh kreativitas. Daun pisang sering kali digunakan sebagai alas untuk memberikan kesan alami dan tradisional. Beberapa peserta bahkan menambahkan hiasan berupa buah dan sayuran yang diukir, mempercantik tampilan tumpeng sekaligus menambah nilai estetika.
Pembuatan tumpeng ini juga melibatkan anak-anak Unnes Giat 9 yang ada di Desa Tonoboyo untuk mewujudkan ekspektasi tumpeng yang diinginkan. Karena salah satu anggota Unnes Giat Desa Tonoboyo merupakan mahasiswi dari prodi Tata Boga, jadi PKK Desa Tonoboyo memberikan kesempatan Unnes Giat 9 Desa Tonoboyo untuk membantu pembuatan tumpeng yang akan dilombakan pada tanggal 17 Agustus di Kecamatan Bandongan.
Pada hari pelaksanaan lomba, tumpeng-tumpeng hasil kreasi peserta akan dinilai oleh dewan juri yang terdiri dari tokoh masyarakat dan para ahli kuliner. Penilaian didasarkan pada beberapa kriteria, termasuk rasa, presentasi, dan kreativitas. Peserta yang berhasil memikat hati juri dengan tumpengnya akan mendapatkan penghargaan dan hadiah menarik dari panitia penyelenggara.
Pada hari itu juga diumumkan tiga tumpeng terbaik yang berhak mendapatkan piala. Setelah sekian lama akhirnya perjuangan ibu-ibu desa Tonoboyo Bersama mahasiswa Unnes Giat 9 membuahkan hasil dengan menyabet juara 3 hias tumpeng sekecamatan Bandongan.
Melalui lomba ini, generasi muda diajak untuk lebih menghargai warisan budaya nenek moyang dan menjadikannya sebagai inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Setiap butir nasi, setiap potong lauk, dan setiap hiasan pada tumpeng mengandung makna yang mendalam tentang kebersamaan, perjuangan, dan harapan yang tak pernah padam.
Dengan berakhirnya lomba tumpeng, perayaan HUT RI di Kecamatan Bandongan semakin semarak dan penuh makna. Lomba ini bukan hanya soal siapa yang menang, tetapi juga tentang bagaimana setiap peserta dan warga bisa menikmati momen kebersamaan dan merayakan kemerdekaan dengan cara yang penuh makna. Semoga tradisi ini akan terus dilestarikan dan menjadi bagian dari identitas budaya Kecamatan Bandongan dalam menyongsong masa depan yang lebih gemilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H