Saat evakuasi berlangsung, Damkar Kota Cilegon tidak hanya fokus terhadap masalah utama, melainkan ikut serta dalam mengupayakan suasana yang lebih tenang dan kondusif dengan melakukan koordinasi kepada pihak kepolisian atau RT dan RW setempat. Hal ini menjadi krusial lantaran sering ditemukannya masalah yang timbul akibat kepanikan berlebih di masyarakat. Dengan demikian, membuat suasana lebih tenang itu menjadi bagian dari evakuasi yang baik saat bertatapan langsung di masyarakat.
Kendala yang Dihadapi Damkar Kota Cilegon dalam Menjalankan Tugas di Masyarakat
Petugas pemadam kebakaran sering menghadapi berbagai kendala yang menghambat tugas mereka. Yang pertama sih keluhan kami itu kendalanya ada di telepon operator emergency, kalau mati lampu, mati lah dia.. Karena nyambung ke wifi, kalau dulu masih kabel. Makannya banyak yang sering ketika musim kemarau itu satu hari empat kali sampai enam kali complain lahan kosong atau ilalang, sampai kesini orangnya dateng - dateng "Pak, teleponnya mati" Ya mati, orang mati lampu, gimana ya..
Yang kedua kendalanya di jalan raya, akses lalin (lalu lintas), arus, karena musibah itu gak tau waktu. Kami lagi mandi, kami lagi makan, lagi tidur, jadi ada jam - jam tertentu yang bisa memperlambat respon time kami.
Yang ketiga pola pikir masyarakat, bukannya masyarakat tidak tahu aturan - aturan jalan, mereka tahu. Dalam urutan lalin kami, UUD Lalin tahun 2009, ketika sedang terjadi kebakaran, kami itu urutan nomor satu yang harus di prioritaskan di jalan, yang kedua ambulan, yang ketiga iringan tamu negara, lalu yang keempat mobil pengantah jenazah. Cuma begini.. Ada yang kebiasaan memasabodokan, dia tahu kami lewat, dia tahu ada suara sirine kami.
Saat ada kejadian peralatan kami selalu lengkap, strobo, sirine, pengeras suara.. Saya sampai serak kadang - kadang, ada warga yang masa bodo, ada juga yang menggunakan headset, yang sekian persen (dibawah sekali) ketidaktahuan, itu ada di urutan paling kecil, tapi kebanyakan yang terjadi di masyarakat itu kemasabodoan. Kami pernah hampir menyerempet spion, nabrak orang lain (mobil), tapi tidak disengaja. Kenapa? Ya karena mereka menghalangi kami. Intinya kembali ke masyarakat. Kami sudah sebarkan kuesioner, pamflet, sticker untuk menaikan awareness masyarakat.
Kendala yang paling utama itu di jalan raya. Kalau masalah jauh engga nya itu kami punya posko. Jadi untuk menempuh respon time kami sesuai aturan internasional, jauh dekat lima belas menit, gak mungkin dong saya ke Serang / ke Merak dengan waktu segitu kan.. Jadi kami menempatkan pos damkar disana, agar kami tetap bisa menempuh kendala itu, sambil menunggu team utama datang. Semua wilayah saya rasa sudah memiliki pos - pos damkar, sesuai kebutuhan daerahnya dan sesuai kewenangan daerahnya juga.
Strategi Damkar Kota Cilegon dalam Mengatasi Kendala di Lapangan
Terkait masalah di jalan / apa.. Damkar Kota Cilegon sudah mengundang masyarakat, kami juga ada workshop dengan masyarakat, dengan pengusaha, menjelaskan membuat barang - barang pos diluar sana, intinya kami sudah melakukan usaha, walaupun tidak sepenuhnya. Karena kenapa? Yang pasti kalau pemerintah itu pasti kurang (dananya), gak beda Bapak ke anaknya, pasti si anak kurang aja. Kami juga sama, tidak ada yang lebih dari kami untuk pelayanan ke masyarakat, pasti masih kurang.. Cuma dari kekurangan itu, kami terus melakukan inovasi - inovasi dengan yang sudah dijelaskan.
Kami kerja sesuai anggaran juga, kalau memang kami ada anggaran untuk komunikasi publik, lewat radio, atau live streaming, kami laksanakan. Tapi kalau tidak ada, kami tidak laksanakan. Kenapa? Karena perlu biaya, kalau komunikasinya kami menggunakan pamflet atau sticker, selembaran flyer, kami sudah laksanakan juga ke masyarakat. Informasi - informasi yang diberitakan langsung oleh lisan juga sudah dilaksanakan, ke masyarakat, teman - teman relawan, baik itu relawan yang ada di damkar, maupun di luar damkar.
Intinya, semua sudah diupayakan oleh kami dengan segala keterbatasan yang kami miliki, karena ya itu.. Ada yang berbiaya, dan ada yang tidak. Yang paling sulit adalah yang berbiaya, karena kami harus menunggu dana cair dulu, baru melaksanakan tugas. Kalau yang tidak berbiaya, gampang saja, ketemu orang, komunikasi, ngobrol, sambil menyebarkan informasi yang ada.