Kepada para istri, jika kau butuh bantuan atau ingin berbagi emosi, katakanlah pada suamimu! Mereka bukan cenayang yang akan memahami bahasa kodemu dengan kau diam saja. Begitupun ketika kau tidak setuju dengan waktu suami untuk menjalani hobinya. Kemukakan alasan yang jelas dan masuk akal, agar dia bisa memahaminya.
Apa yang bisa dilakukan agar tidak terjebak dalam hobi yang toxic?
Kurangi Ekspektasi dan Beri Waktu Pada Realita
Saat memutuskan untuk menikah dan mengikat dalam hubungan suami istri, kita kadang terbawa dalam ekspektasi-ekspektasi pernikahan ideal. Idealnya suami/istri yang baik dengan saling mengutamakan satu sama lain. Tapi masalahnya, idealisme suami dan istri yang baik ini menjadikan ekspektasi kita kurang realistis sehingga banyak orang yang terjebak dalam kasus-kasus KDRT. Misalkan saat suami ingin melakukan hobinya, istri akan melarang karena alasan biaya atau kesehatan, karena tidak terima si suami memberikan cap durhaka atau bahkan memukul istri. Atau sebaliknya, saat istri ingin me time, tapi suami melarang karena alasan biaya atau urusan rumah yang mendesak, karena tidak terima istri memukul suami atau bahkan menghinanya.
Ini adalah contoh di mana hobi yang dilakukan sudah mengarah pada hobi yang toxic. Hobi yang seperti ini bukanlah hobi yang akan menenteramkan jiwa tapi justru menyakiti jiwa-jiwa yang lain. Apa yang bisa kita lakukan?
- Step Back! Â Beri jeda waktu untuk berfikir alasan-alasan dari pasangan saat melarang.Â
- Tarik nafas! jangan langsung memberi komentar aku begini-begini, pikirkan dulu alasan mengapa diri ini tidak bisa menerima alasan pasangan.
- Say it! Utarakan maksudmu menjalani hobi itu, misalkan untuk kesehatan atau menenangkan pikiran atau jika masalah biaya bisa utarakan contoh: ada pemasukan tambahan untuk menutup biaya dari hobi, dll.
- Negosiasi dan kompromikan! Jika tetap tidak bisa untuk melakukan hobi, maka tanyalah pada pasangan kapan waktu yang pas untuk melakukan hobi. Kompromilah dengan hal itu dan hadapi kenyataan bahwa memang bukan waktu yang tepat melakukan hobi.
Kecewa tidak bisa melakukan hobi saat itu? Marah dengan realitanya? Boleh, itu manusiawi . Tapi sekali lagi dalam menghadapi rasa kecewa atau marah tetap ada koridor hukum yang harus dijaga yaitu jangan sampai menyakiti/merusak/menghilangkan hak manusia seperti fisik atau mental. Berikan waktu pada realita yang dihadapi.
Jangan jadikan hobi sebagai alat untuk menyakiti jiwamu dan jiwa yang lain. Jadi bapak-bapak dan ibu-ibu, komunikasikan saat dirimu ingin menjalani hobimu ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H