Dengan pendidikan seks pada usia dini dengan tahapan pengenalan tubuh secara tidak langsung mereka mengenali bagian tubuh mereka dan mengajarkan mereka tentang batasan saat orang lain ingin menyentuh bagian tubuh mereka.
Pendidikan dasar seks inilah yang nantinya menjadi tameng bagi anak-anak ketika berhadapan dengan orang yang tidak sopan terhadapnya dan berani berkata tidak.Â
Pendidikan seks sejak dini nantinya akan berkembang ke arah yang lebih lanjut saat mereka menginjak masa SD atau SMP dengan mengenali anatomi tubuh dan fungsinya secara detail.Â
Pendidikan seks yang sudah diberikan sejak dini menghindarkan mereka dari tindakan-tindakan kekerasan dan pelecehan seksual baik dari orang lain atau justru dorongan mereka sendiri.
Selain mengajarkan mereka tentang batasan, pendidikan seks pada anak juga bermanfaat untuk meningkatkan citra positif terhadap bagian tubuhnya.Â
Dengan memiliki citra positif tentang tubuhnya, mereka tidak perlu mencari pengakuan bahwa tubuh mereka bagus dari orang lain yang terkadang justru disalah gunakan untuk kepentingan tidak baik.
Tidak Vulgar, Namun Benar Dan Halus.
Anak-anak merupakan makhluk Tuhan paling polos, lugu dan memiliki keinginan tumbuh yang besar.Â
Ketika mereka menanyakan satu pertanyaan terkadang kita sebagai orang tua kewalahan menjawabnya. Bahkan mereka bisa menanyakan hal yang sama berulang kali (Seperti yang terjadi padaku. hahaha..)Â
Tapi salah satu pengalamanku ketika memandikan putra sulungku yang berusia 3 tahun, tiba-tiba ia bertanya tentang alat kelaminnya. Maka apa yang harus aku lakukan sebagai ibu:
1. Gunakan bahasa yang tepat. Jika laki-laki maka katakan itu penis. Jika anak perempuan katakan vagina. Sekali lagi jangan gunakan bahasa-bahasa ambigu yang justru membuat mereka salah mengartikan. Seperti titit atau burunng. Bayangkan apa yang terjadi jika kita meneriakkan burung di langit tapi yang dipegang bagian kelaminnya.