Mohon tunggu...
dinda pranata
dinda pranata Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger, Book Enthusias, Translator Bahasa Jepang

Ibu Rumah Tangga yang suka nulis. Punya motto "yang penting coba dulu". Baca buku bukan cuma buat gaya-gayaan tapi gaya hidup. Find me at www.senjahari.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Harapan Anak-anak Terhempas karena Orang Dewasa, Lantas Harus Apa?

16 Desember 2021   23:44 Diperbarui: 26 Desember 2021   11:15 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua membari edukasi seks kepada anak. Sumber: Kompas.com

Beberapa waktu lalu dunia pendidikan sangat heboh mendengar adanya pemerkosaan di sebuah pesantren di wilayan Depok dan juga di Bandung. 

Tak tanggung-tanggung pemerkosanya adalah guru mereka sendiri. Anak-anak yang masih belia hanya bisa menanggung aib di masa depan karena pikiran sesat mereka sesaat. 

Apakah sebagian dari kita masih berpikir pendidikan seks dini terlalu tabu untuk dibicarakan ataukah pendidikan seks masih dilarang dengan alasan moral agama? Ada beberapa pertimbangangan mengapa pendidikan seks dini pada anak perlu diperkenalkan.

Pendidikan Seks Tidak Sesempit Daun Kelor

Pendidikan seks pada anak usia dini (Sumber: www.viva.co.id)
Pendidikan seks pada anak usia dini (Sumber: www.viva.co.id)
Pendidikan seks tidak melulu mengajarkan bagian organ intim, tetapi juga tentang ilmu biologi pada umumnya. Ia berhubungan dengan tubuh manusia. Apa tubuh manusia hanya terdiri dari mata,hidung, mulut, tangan, dan kaki? Tidak! 

Tubuh manusia termasuk organ dalam seperti ginjal, hati, jantung juga bagian intim seperti kelamin. Termasuk tubuh anak-anak yang memiliki itu semua. Lalu jika sama dengan pemahaman tentang tubuh manusia pada umumnya, 

Hal tersebut juga ternyata diamini oleh Dr. Warih A Puspitosari, M.Sc, Sp.K.J. yang menjelaskan bahwa pemberian pendidikan seks usia dini tidak secara gamblang menjelaskan hubungan seks itu seperti apa, namun lebih pada pengenalan organ-organ yang dimiliki manusia serta fungsi yang mengikutinya. Lalu, mengapa pendidikan seks jadi begitu tabu?

Alasan yang melatarbelakanginya adalah pembicaraan mengenai organ reproduksi dianggap dan memiliki konotasi yang negatif. Pendidikan seks pada pandangan sebagian orang pendidikan yang mengajarkan tentang hubungan seksual. Padahal sejatinya tidak sesempit itu.

Pandangan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, beberapa negara maju seperti salah satunya Inggris masih menganggap percakapan tentang pendidikan seks ini sesuatu yang tabu dan tak layak dibicarakan. 

Dalam sebuah survei yang pernah dilakukan oleh BBC tahun 2011 mengatakan bahwa sebanyak 59% tidak setuju dengan pemberian pendidikan seks pada anak. Lalu apa pentingnya membicarakan seks pada anak?

Tubuhku Ya Tubuhku Dan Ini Areaku.

Pendidikan seks pada anak bukan berarti kita mengajarkan untuk melakukan yang begituan. Kita bisa bisa mengajarkan pendidikan seks seperti tahapan saat sekolah dasar, mulai dari organ tubuh dan fungsinya, lalu bagian mana yang boleh disentuh orang lain, mana bagian tubuh yang tidak boleh disentuh, mengapa tidak boleh dan lain sebagainya. 

Dengan pendidikan seks pada usia dini dengan tahapan pengenalan tubuh secara tidak langsung mereka mengenali bagian tubuh mereka dan mengajarkan mereka tentang batasan saat orang lain ingin menyentuh bagian tubuh mereka.

Pendidikan dasar seks inilah yang nantinya menjadi tameng bagi anak-anak ketika berhadapan dengan orang yang tidak sopan terhadapnya dan berani berkata tidak. 

Pendidikan seks sejak dini nantinya akan berkembang ke arah yang lebih lanjut saat mereka menginjak masa SD atau SMP dengan mengenali anatomi tubuh dan fungsinya secara detail. 

Pendidikan seks yang sudah diberikan sejak dini menghindarkan mereka dari tindakan-tindakan kekerasan dan pelecehan seksual baik dari orang lain atau justru dorongan mereka sendiri.

Selain mengajarkan mereka tentang batasan, pendidikan seks pada anak juga bermanfaat untuk meningkatkan citra positif terhadap bagian tubuhnya. 

Dengan memiliki citra positif tentang tubuhnya, mereka tidak perlu mencari pengakuan bahwa tubuh mereka bagus dari orang lain yang terkadang justru disalah gunakan untuk kepentingan tidak baik.

Tidak Vulgar, Namun Benar Dan Halus.

Tips mengajarkan pendidikan seks pada anak (Sumber: www.idntimes.com)
Tips mengajarkan pendidikan seks pada anak (Sumber: www.idntimes.com)

Anak-anak merupakan makhluk Tuhan paling polos, lugu dan memiliki keinginan tumbuh yang besar. 

Ketika mereka menanyakan satu pertanyaan terkadang kita sebagai orang tua kewalahan menjawabnya. Bahkan mereka bisa menanyakan hal yang sama berulang kali (Seperti yang terjadi padaku. hahaha..) 

Tapi salah satu pengalamanku ketika memandikan putra sulungku yang berusia 3 tahun, tiba-tiba ia bertanya tentang alat kelaminnya. Maka apa yang harus aku lakukan sebagai ibu:

1. Gunakan bahasa yang tepat. Jika laki-laki maka katakan itu penis. Jika anak perempuan katakan vagina. Sekali lagi jangan gunakan bahasa-bahasa ambigu yang justru membuat mereka salah mengartikan. Seperti titit atau burunng. Bayangkan apa yang terjadi jika kita meneriakkan burung di langit tapi yang dipegang bagian kelaminnya.

2. Jangan harap anak akan puas dengan satu pertanyaan, ia akan menanyakan hal lain. Seperti misalnya, "Mengapa aku punya penis seperti ini dan punya ibu berbeda." 

Jangan kaget dengan pertanyaan mereka, ini bisa jadi kesempatan kita mengenalkan tentang konsep jenis kelamin kepada mereka. Bisa dijelaskan kalau ibu wanita atau perempuan maka ibu tidak punya penis tapi vagina. Sekali lagi gunakan bahasa sederhana yang bisa mereka mengerti.

3. Kadang anak-anak menjadi sangat, sangat ingin tahu. Ketika saat itu aku tidak bisa menjawab pertanyaannya maka aku akan memberikan jawaban, "Wah, apa ya? Gimana kalau nanti kita cari bersama?" Lalu aku mengalihkan perhatian si kecil dengan permainan lain atau sekedar mengajak jalan keluar.

4.Open discussion ini salah satu yang paling sering aku lakukan pada anak saat menikmati waktu santai di weekend. Biasanya kami duduk di ruang keluarga sambil bersantai dan mengobrol. 

Aku dan suami terkadang mengajak si bocah 3 tahun ini berbincang seputar keseharian dan mengajarkan sedikit demi sedikit tentang bagian tubuhnya. kami sebagai orang tua sering sekali mengulang bagian apa yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain. 

Siapa saja yang boleh menyentuh bagian tubuhnya dan apa yang harus ia lakukan jika ada orang yang ingin menyentuh tubuh utamanya bagian pribadinya. Ini semacam mantra bagi kami untuk membuatnya saadr akan batasan dirinya dan orang lain yang ditemuinya.

Sekali lagi jangan anggap tabu apa itu pendidikan seks pada anak usia dini, karena itu bisa menyelamatkan dia dan masa depannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun