Mohon tunggu...
Dinda Puspita Hervira
Dinda Puspita Hervira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Polemik Kampanye LGBT di Piala Dunia 2022 Qatar pada Akun X-Twitter @FaktaSepakbola

24 September 2023   14:12 Diperbarui: 24 September 2023   14:18 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Timnas Jerman Melakukan Protes Menjelang Pertandingan

B. Pembahasan

Sejak abad ke-19, eksistensi LGBT sudah ada di dunia. Namun, pada waktu itu penyimpangan seksual tersebut dianggap sebagai sebuah gangguan mental hingga kriminal. Diskriminasi dilakukan oleh mayoritas masyarakat. Jika dibandingkan pada masa sekarang, maka terlihat perbedaan cukup jelas. Di mana saat ini sebagian besar negara barat melegalkan tindakan tersebut dan menjunjung tinggi kebebasan orientasi seksual dan gender sebagai bentuk hak asasi manusia. Di sisi lain, terdapat beberapa negara yang secara tegas dan mengikat melarang segala bentuk dukungan dan perilaku LGBT, salah satunya adalah negara Qatar. Negara yang terletak di Asia Barat itu menerapkan hukuman mati untuk para penganut agama Islam yang melakukan hubungan sejenis. Sedangkan, untuk non muslim dikenakan sanksi tujuh tahun penjara.

Perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar ramai diperbincangkan di media sosial setelah maraknya isu kampanye LGBT yang tidak sesuai dengan kebijakan negara tuan rumah itu sendiri. Kampanye yang dilakukan berpacu pada penggunaan ban kapten ‘One Love’. Penggunaan ban kapten tersebut juga digambarkan sebagai bentuk dukungan terhadap anti diskriminasi, anti rasisme, hak asasi manusia, dan hak LGBTQ (Syed, 2020). Penyeruan ini pertama kali digaungkan pada kompetisi liga Belanda atau Eredivisie di tahun 2020. Hal tersebut berlanjut hingga UEFA Euro Cup 2020.

Bertujuan melanjutkan kampanye tersebut, tujuh skuat tim nasional peserta Piala Dunia Qatar 2020, yaitu Belanda, Jerman, Inggris, Swiss, Belgia, Denmark, dan Wales berencana menggunakan ban kapten ‘One Love’. Melansir BBC Sport, FIFA selaku penyelenggara melarang gerakan tersebut dan akan memberikan sanksi berupa kartu kuning atau bahkan kartu merah kepada kapten yang menggunakan ban kapten tersebut. Adapun ban kapten yang wajib digunakan adalah bertuliskan ‘No Discrimination’.

Salah satu protes paling keras diutarakan oleh timnas Jerman. Di mana sebelum pertandingan melawan Jepang kesebelasan pemain melakukan pose tutup mulut yang menyimbolkan bahwa hak kebebasan mereka ‘dibungkam’ oleh regulasi FIFA dan Qatar terkait kampanye LGBT. Di sisi lainnya, ada Harry Kane selaku kapten timnas Inggris yang tetap menggunakan ban kapten pelangi hingga menimbulkan kekhawatiran Asosiasi Sepak Bola Inggris.

Gambar 1. Timnas Jerman Melakukan Protes Menjelang Pertandingan
Gambar 1. Timnas Jerman Melakukan Protes Menjelang Pertandingan

Gambar 2. Harry Kane Menggunakan Ban Kapten 'One Love'
Gambar 2. Harry Kane Menggunakan Ban Kapten 'One Love'

Jika dianalisis lebih mendalam, maka berbagai tindakan di atas dapat dikaitkan dengan teori interaksionis simbolis oleh George Herbert Mead yang terdiri dari pikiran, diri, dan masyarakat. Perbedaan pandangan antara FIFA selaku penyelenggara dan Qatar sebagai tuan rumah menimbulkan permasalahan cukup serius. Bahkan, hal ini menimbulkan efek di dalam dan luar lapangan. Salah satunya adalah kecaman melalui sosial media yang ditujukan Qatar karena dianggap melanggar hak asasi manusia.

Teori agenda setting milik McComb dan Donald L. Shaw juga memiliki keterikatan kuat dengan isu kampanye LGBT di Piala Dunia Qatar 2022. Teori tersebut berfokus pada peran media massa dalam menentukan topik atau isu mana yang ingin menjadi pusat perhatian publik. Hal ini dapat dilihat dengan bagaimana berita-berita di media online dan berbagai akun media sosial olahraga mengangkat isu tersebut. Pemberitaan yang dibahas akan menimbulkan reaksi publik, baik individu maupun komunitas. Selain itu, dengan mengangkat isu ini ke permukaan, maka akan memberi pemahaman lebih jauh terkait permasalahan yang terjadi. Mayoritas pecinta sepak bola akan membahas isu ini terus menerus, bahkan hingga ajang olimpiade itu sendiri sudah usai.

Salah satu yang ikut serta menyebarkan berita kampanye LGBT di Piala Dunia Qatar 2022 adalah akun X-Twitter bernama @FaktaSepakbola. Tercatat, setidaknya ada enam postingan yang mengandung pemberitaan tersebut. Akun yang memiliki 499 ribu pengikut tersebut membingkai permasalahan LGBT menjadi salah satu isu utama dalam Piala Dunia tahun lalu. Postingan yang memiliki respon paling banyak terlihat ketika @FaktaSepakbola memberikan beberapa penggal kalimat kontra LGBT yang diutarakan oleh Kepala Keamanan di Piala Dunia Qatar, Abdullah Al Nasari. Adapun Nasari mengatakan, "Jika Anda ingin mengungkapkan pandangan Anda mengenai LGBT, lakukanlah dalam masyarakat yang bisa menerima hal itu. Jangan datang dan menghina seluruh masyarakat (kami)."

Kolom komentar postingan tersebut diramaikan dengan berbagai respon publik. Sebagian besar menyatakan kontra terhadap kampanye LGBT yang dilakukan negara pro LGBT dalam olimpiade sepak bola terbesar di dunia itu. Namun, ada pula yang mendukung tindakan negara barat dan mengaitkannya dengan kebebasan berekspresi serta hak asasi manusia. Sebagian besar juga menganggap bahwa kampanye LGBT yang dilakukan seharusnya tidak dilakukan, mengingat tindakan suportif dalam olahraga adalah tidak melibatkan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun