Apa itu seni terintegrasi?
Dalam KBBI V daring bahwa integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Sedangkan pengertian dari seni adalah karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa.
Lalu kaitannya apa antara seni dengan integritas? keterkaitannya terletak pada naskah drama, karena naskah drama merupakan suatu karya sastra yang dalam menuliskanya membutuhkan pemikiran yang intelektual bagaikan roh halus yang dapat menjiwai penonton agar dapat menikmati hasilnya secara nyata dalam panggung dan terkandung nilai-nilai moral yang tinggi.
Tentu hal ini, merupakan suatu keahlian seorang penulis yang tak biasa atau bukan kaleng-kaleng tapi yang sudah memiliki wawasan yang luas dan peka dalam segala hal baik itu sosial, politik, ekonomi, budaya, masyarakat dan lingkungan sekitar. Biasanya penulis naskah drama juga memimpin sebagai seorang sutradara yang bertanggung jawab atas pertunjukkan atau pementasan yang sedang dikelolanya.
Jadi seni terintegrasi ini merupakan istilah yang dapat disesuaikan dengan penamaan teater. Karena teater merupakan sebuah pementasan yang melibatkan unsur-unsur drama yang terintegrasi atau saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Di antara unsur-unsur drama yaitu adanya pemain, sutradara teknisi panggung dan penonton yang tak lepas semua itu dengan adanya sarana pendukung dan komposisi pementasan seperti kostum, tata rias, pencahayaan, tata suara dan ilustrasi musik agar terlihat hidup dalam suatu pementasan. Inilah yang disebut teater atau drama.
Seni terintegrasi itu akan hadir bersamaan dengan munculnya seorang penulis yang sudah memiliki keahlian yang menghasilkan suatu karya yang mengedepankan pentingnya sebuah sastra yang dapat mempengaruhi orang-orang yang disekitarnya dengan rela meluangkan waktunya untuk menuliskan suatu bangsa pada zamannnya yang bernilai pada situasi aktual yang ada di masyarakatnya sebagai bentuk dalam memajukan peradabannya.Â
Namun tidak jauh berbeda dengan penulis naskah drama, yang dimana penulis naskah drama akan tergambar bagus atau tidaknya sebuah tulisan jika tulisan itu dapat dipentaskan secara nyata di atas panggung, dengan begitu menulis naskah drama bukan sesuatu yang mudah sebagaimana menulis fiksi, melainkan juga penulis naskah harus memikirkan bagaimana cerita yang dibuat itu dapat terlihat nyata di atas panggung baik itu dari segi tokoh dalam cerita saat memerankannya, tata letak panggung sesuai adegan ceritanya dengan posisi aktornya, dan komposisi sarana pendukung yang dibutuhkan dalam suatu pertunjukkan perlu dipikirkan secara matang. Inilah yang menjadikannya suatu karya yang luar biasa yang berbeda dengan karya fiksi.
Lalu modal apa saja yang diperlukan seorang penulis naskah drama itu ?
Menurut Bang Bode Riswandi dalam kegiatan workshop yang saya ikuti, diselenggarakan oleh teater zat UNJ ini mengatakan terdapat dua modal utama yaitu pertama penulis itu kaya akan kemampuan berimajinasi, yang tentunya suatu imajinasi akan terdukung jika seorang penulis memiliki kecerdasan  dalam membaca logika dari segala aspek kesosialan yang sedang terjadi di masayarakat dan memiliki pengalaman internal pada dirinya sendiri serta yang kedua menempatkan sudut pandang out of the box (sudut pandang yang berbeda) seperti adaanya selimut identitas yang tidak mudah diterka atau ditebak orang saat suatu alur itu mengalami awal konflik hingga alur klimaks yang dapat memunculkan rasa penasaran penonton sampai di titik akhir cerita. Tentunya juga tidak terlepas dari membayangkan panggung, dan artistik lainnya.Â
Naskah yang sudah dipentaskan dengan mendapatkan kesan yang baik dari penonton itulah naskah yang berhasil dengan suatu hasil pementasan yang baik pula. Hal tersebut dapat saya berikan contoh naskah drama yang dibuat oleh Dolfry Inda Suri & Rudolf Puspa dengan judul "Sang Saka" dalam kegiatan workshop yang saya ikuti, bang Rudolf menjelaskan bahwa naskah ini mengikuti kejadian umum yang biasa dilakukan oleh manusia di era modern ini yaitu tak luputnya bergantung dengan media sosial sebagai suatu komunikasi yang dengan cepat informasi dapat tersebar dengan mudah juga memperoleh informasi baru dengan satu alat dalam genggaman tangan setiap manusia.Â
Dimana itu merupakan suatu situasi yang nyata yang terjadi di masyarakat dalam penggunaan media sosial dan mudah pula terjadinya berita hoax dengan memberikan alur cerita dari watak tokoh yang menggelitik. Namun inti cerita dalam naskah tersebut bukanlah demikian melainkan "Sang Saka" memberi kesadaran baru bahwa kekayaan terbesar manusia adalah adanya keberagaman yang justru menjadi kekuatan bagi sebuah bangsa merdeka yang besar. Â
Oleh sebab itu, dalam naskah drama "Sang Saka" memang alur cerita dalam naskahnya dibuat menjadi drama komedi tapi bukan sekadar lawakan semata melainkan drama komedi dapat mengungkap kelemahan atau cacat sifat-sifat manusia agar penonton akan merasakan kelucuannya sambil menghayati kenyataan hidup dengan melihat sifat-sifat buruk dan baik lalu menjadikan sebagai tuntunan. Itu sama halnya dari drama komedi adalah menertawakan diri sendiriyang perlu dianalisis secara kritis yang cerdas. Karena tinggi rendahnya mutu kecerdasan sebuah pementasan drama komedi akan mencerminkan peradaban bangsa.
Setelah mengenal arti dari seni terintegrasi, kita akan berfikir bagaimana cara menghidupkan seni terintegrasi itu ? jawabannya jika ada yang mau ikut serta memerankan tokoh-tokoh dalam naskah drama yang biasa disebut dengan aktor. Sebelum aktor memulai perannya, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan diantaranya mengenal karakter tokoh yang ingin diperankan, harus bisa memunculkan inner actionnya, bagimana caranya?Â
Hal termudah adalah melatih diri untuk peka disekeliling kita, dengan mengamati hal-hal kecil atau sepele mulai dari tumbuh dan berkembangnya kita dalam lingkup keluarga, kita dapat lihat dan menganalisisnya bagaimana ibu dan ayah kita dalam melakukan hak dan kewajibannya dalam berkeluarga, seperti mengurus anak, mengajari anak dan cara berbicara kepada anak tentunya berbeda-beda cara dalam mengargumentasikan karakter tokoh yang diperankan mereka agar dapat menjiwai dalam diri sendiri.
Kemudian aktor juga harus memiliki kemampuan dalam olah fisik dan rasa, olah fisik dapat kita lakukan dengan cara mengenal bentuk, gerak dan bunyi. Seperti melakukan pengamatan dalam ruangan misalnya kamar, kita lihat-lihat letak dan bentuk benda-benda yang ada dalam ruang tersebut. Perlu juga memperhatikan kedudukan-kedudukan tersebut, lalu berlatih setiap saat untuk mengingat kembali apa yang telah diamati dalam ruangan tersebut.Â
Sedangkan olah rasa dapat kita lakukan dengan melatih perasaan kita agar dapat mengolah emosi secara maksimal dan terkontrol sesuai apa yang diperankan,seperti yang dikatakan Bang Rudolf Puspa dalam kegiatan workshop yang saya ikuti, diselenggarakan oleh teater zat UNJ bahwa latihannya dengan menaiki tangga dua puluh tingkat, ataupun dapat berlatih berjalan dengan kaki yang terseok-seok atau pincang sejauh sepuluh kilometer, kemudian rasakan aliran darah yang mengalir dalam tubuh kita, nafas yang keluar secara tidak beraturan, keringat yang mengucur, kaki yang pegal-pegal, itu sebagai bahan pembelajaran dalam mengolah rasa secara teratur.Â
Selanjutnya ada daya takar, daya observasi, daya dengar dan lihat serta irama tentunya mancakup semua latihan yang ada pada olah fisik dan rasa yang dapat merangsang semua indera manusia. Maka dari itu semua tidak akan berjalan sempurna latihan-latihan dalam keaktoran jika pemain tidak memiliki kemauan yang kuat dan tekad dalam berlatih dalam mengasah kemampuan berakting dengan tahapan-tahapan latihan yang membutuhkan waktu yang panjang.
Ketika aktor sudah mulai berlatih dalam proses mempersiapkan perannya sebelum di atas panggung dalam sebuah naskah drama. Persiapan seorang composer musik atau pemusik harus bisa dapat mengatur dan mengontrol musik dengan baik yang turut menjadi bagian pementasan drama ini sebagai pengiring aktor dalam mengungkapkan ekspresi, pembukaan cerita, pergantian babak cerita, saat alur klimaks, dan penutup cerita tentunya sangat dibutuhkan musik yang meliputi nada-nada, bunyi, suara dan pengontrolannya dalam intonasinya agar dapat merangsang jiwa penonton, menghilangkan rasa bosan penonton, dan substansi pendukung alur cerita agar menjadi hidup dalam pementasan berlangsung.
Menurut Yoko Nomura asal jepang dalam kegiatan Workshop yang saya ikuti, diselenggarakan oleh teater zat, ikut berkontribusi dan membantu memerankan musik dalam kegaitan teater-teater yang ada di Indonesia, bahwa terdapat 3 macam peran musik dalam sebuah pertunjukkan teater atau drama yaitu pertama sebagai keterangan sesuatu dalam bunyi seperti efek soundnya terdiri dari dua bagian yakni konkret dan abstrak. Kalau konkret itu music yang terjadi secara umum hadir dalam kehidupan manusia contohnya bunyi bell ketika ada tamu, bunyi ketokan pintu, bunyi gesekan pintu dan sebagainya.Â
Sedangkan abstrak itu bunyi yang tidak nyata dan tidak terdengar secara umum dalam kehidupan manusia. Sehingga dibuat sendiri oleh manusia contohnya suara atau bunyi hantu. Kemudian ada juga bunyi yang tergabung antara keduanya yaitu bunyi mantra-mantra. Kedua mengatur emosi penonton dengan melakukan pergantian dari satu musik atau bunyi ke musik atau bunyi lainnya, pengaturan intonasi musik atau bunyi jika perlu diperhatikan agar emosi penonton tuh terangsang sesuai alur ceritanya tidak datar emosinya. Ketiga membantu mendorong timeline pertunjukkan yang dimaksud disini adalah susunan jadwal penyetelan musik sesuai alur ceritanya baik itu dari iramanya, frekuensinya, dan harmoninya.
Mba Yoko juga mengajarkan bagaimana urutan kerja dalam memainkan musik teater ada dua cara dalam pelaksanaannya. Pertama, baca dan menafsirkan naskah yang terbagi lagi menjadi tujuh bagian yaitu musik dan efek sound, memikirkan IDTC (Introduction, development, turn and conclusion) sebagai seni waktu dan irama drama dan pergantian adegan ini berusaha untuk tidak membuat penonton merasa bosan. Kedua, jika sudah menemukan garis besar rancangan dalam naskah drama, mulailah mencari bunyinya yang disesuaikan dengan emosi aktor. Ketiga, Melihat latihan aktor saat melakukan blocking dengan cara membuat sketsa karakter dan emosi tokoh atau aktor. Keempat, ikut latihan runthru dengan memastikan que yang pas dan menata alur yang praktis untuk operasional. Kelima, mengecek setting dan sound dengan memikirkan posisi speaker dan mic. Keenam, melakukan gladi kotor sebelum pementasan dengan memastikan teknikal akhir dari que, volume, dan lain-lainnya, serta menyiapkan tiga kali lebih panjang dari pada durasi sebenarnya. Terakhir ketujuh, Pertunjukkan berlangsung dengan memperhatikan selalu volume dan menyiapkan musik pembukaan dan penutupan.
Dengan begitu seni terintegrasi dalam pengadeganan naskah drama dapat dilihat jika suatu naskah bersatu padu pada aspek-aspek dalam drama yang membuat pengadeganan terlihat indah dan menarik ketika dipentaskan di atas panggung, apabila penulis naskah, aktor  dan composer musik dapat bekerja sama secara baik dan utuh , maka hasil pementasannya akan baik di atas panggung, yang membuat penonton akan tertarik lagi untuk meyaksikan teater selanjutnya, terlebih naskah tersebut akan dikatakan berhasil juga dengan mengolah naskah drama menjadi suatu yang bermutu dan bernilai dengan asas kemanusiaan dalam situasi yang terjadi dalam masyarakatnya sebagai suatu kritikan yang menyadarkan manusia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H