Mohon tunggu...
Dinda  Nurayu
Dinda Nurayu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

pengalaman adalah guru terbaik bagi diri sendiri, terus mencoba banyak hal, dan tak lupa intropeksi diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seni Terintegrasi Antara Musik dan Aktor dalam Pengadeganan Naskah Drama

4 Desember 2020   22:27 Diperbarui: 4 Desember 2020   22:40 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh sebab itu, dalam naskah drama "Sang Saka" memang alur cerita dalam naskahnya dibuat menjadi drama komedi tapi bukan sekadar lawakan semata melainkan drama komedi dapat mengungkap kelemahan atau cacat sifat-sifat manusia agar penonton akan merasakan kelucuannya sambil menghayati kenyataan hidup dengan melihat sifat-sifat buruk dan baik lalu menjadikan sebagai tuntunan. Itu sama halnya dari drama komedi adalah menertawakan diri sendiriyang perlu dianalisis secara kritis yang cerdas. Karena tinggi rendahnya mutu kecerdasan sebuah pementasan drama komedi akan mencerminkan peradaban bangsa.

Setelah mengenal arti dari seni terintegrasi, kita akan berfikir bagaimana cara menghidupkan seni terintegrasi itu ? jawabannya jika ada yang mau ikut serta memerankan tokoh-tokoh dalam naskah drama yang biasa disebut dengan aktor. Sebelum aktor memulai perannya, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan diantaranya mengenal karakter tokoh yang ingin diperankan, harus bisa memunculkan inner actionnya, bagimana caranya? 

Hal termudah adalah melatih diri untuk peka disekeliling kita, dengan mengamati hal-hal kecil atau sepele mulai dari tumbuh dan berkembangnya kita dalam lingkup keluarga, kita dapat lihat dan menganalisisnya bagaimana ibu dan ayah kita dalam melakukan hak dan kewajibannya dalam berkeluarga, seperti mengurus anak, mengajari anak dan cara berbicara kepada anak tentunya berbeda-beda cara dalam mengargumentasikan karakter tokoh yang diperankan mereka agar dapat menjiwai dalam diri sendiri.

Kemudian aktor juga harus memiliki kemampuan dalam olah fisik dan rasa, olah fisik dapat kita lakukan dengan cara mengenal bentuk, gerak dan bunyi. Seperti melakukan pengamatan dalam ruangan misalnya kamar, kita lihat-lihat letak dan bentuk benda-benda yang ada dalam ruang tersebut. Perlu juga memperhatikan kedudukan-kedudukan tersebut, lalu berlatih setiap saat untuk mengingat kembali apa yang telah diamati dalam ruangan tersebut. 

Sedangkan olah rasa dapat kita lakukan dengan melatih perasaan kita agar dapat mengolah emosi secara maksimal dan terkontrol sesuai apa yang diperankan,seperti yang dikatakan Bang Rudolf Puspa dalam kegiatan workshop yang saya ikuti, diselenggarakan oleh teater zat UNJ bahwa latihannya dengan menaiki tangga dua puluh tingkat, ataupun dapat berlatih berjalan dengan kaki yang terseok-seok atau pincang sejauh sepuluh kilometer, kemudian rasakan aliran darah yang mengalir dalam tubuh kita, nafas yang keluar secara tidak beraturan, keringat yang mengucur, kaki yang pegal-pegal, itu sebagai bahan pembelajaran dalam mengolah rasa secara teratur. 

Selanjutnya ada daya takar, daya observasi, daya dengar dan lihat serta irama tentunya mancakup semua latihan yang ada pada olah fisik dan rasa yang dapat merangsang semua indera manusia. Maka dari itu semua tidak akan berjalan sempurna latihan-latihan dalam keaktoran jika pemain tidak memiliki kemauan yang kuat dan tekad dalam berlatih dalam mengasah kemampuan berakting dengan tahapan-tahapan latihan yang membutuhkan waktu yang panjang.

Ketika aktor sudah mulai berlatih dalam proses mempersiapkan perannya sebelum di atas panggung dalam sebuah naskah drama. Persiapan seorang composer musik atau pemusik harus bisa dapat mengatur dan mengontrol musik dengan baik yang turut menjadi bagian pementasan drama ini sebagai pengiring aktor dalam mengungkapkan ekspresi, pembukaan cerita, pergantian babak cerita, saat alur klimaks, dan penutup cerita tentunya sangat dibutuhkan musik yang meliputi nada-nada, bunyi, suara dan pengontrolannya dalam intonasinya agar dapat merangsang jiwa penonton, menghilangkan rasa bosan penonton, dan substansi pendukung alur cerita agar menjadi hidup dalam pementasan berlangsung.

Menurut Yoko Nomura asal jepang dalam kegiatan Workshop yang saya ikuti, diselenggarakan oleh teater zat, ikut berkontribusi dan membantu memerankan musik dalam kegaitan teater-teater yang ada di Indonesia, bahwa terdapat 3 macam peran musik dalam sebuah pertunjukkan teater atau drama yaitu pertama sebagai keterangan sesuatu dalam bunyi seperti efek soundnya terdiri dari dua bagian yakni konkret dan abstrak. Kalau konkret itu music yang terjadi secara umum hadir dalam kehidupan manusia contohnya bunyi bell ketika ada tamu, bunyi ketokan pintu, bunyi gesekan pintu dan sebagainya. 

Sedangkan abstrak itu bunyi yang tidak nyata dan tidak terdengar secara umum dalam kehidupan manusia. Sehingga dibuat sendiri oleh manusia contohnya suara atau bunyi hantu. Kemudian ada juga bunyi yang tergabung antara keduanya yaitu bunyi mantra-mantra. Kedua mengatur emosi penonton dengan melakukan pergantian dari satu musik atau bunyi ke musik atau bunyi lainnya, pengaturan intonasi musik atau bunyi jika perlu diperhatikan agar emosi penonton tuh terangsang sesuai alur ceritanya tidak datar emosinya. Ketiga membantu mendorong timeline pertunjukkan yang dimaksud disini adalah susunan jadwal penyetelan musik sesuai alur ceritanya baik itu dari iramanya, frekuensinya, dan harmoninya.

Mba Yoko juga mengajarkan bagaimana urutan kerja dalam memainkan musik teater ada dua cara dalam pelaksanaannya. Pertama, baca dan menafsirkan naskah yang terbagi lagi menjadi tujuh bagian yaitu musik dan efek sound, memikirkan IDTC (Introduction, development, turn and conclusion) sebagai seni waktu dan irama drama dan pergantian adegan ini berusaha untuk tidak membuat penonton merasa bosan. Kedua, jika sudah menemukan garis besar rancangan dalam naskah drama, mulailah mencari bunyinya yang disesuaikan dengan emosi aktor. Ketiga, Melihat latihan aktor saat melakukan blocking dengan cara membuat sketsa karakter dan emosi tokoh atau aktor. Keempat, ikut latihan runthru dengan memastikan que yang pas dan menata alur yang praktis untuk operasional. Kelima, mengecek setting dan sound dengan memikirkan posisi speaker dan mic. Keenam, melakukan gladi kotor sebelum pementasan dengan memastikan teknikal akhir dari que, volume, dan lain-lainnya, serta menyiapkan tiga kali lebih panjang dari pada durasi sebenarnya. Terakhir ketujuh, Pertunjukkan berlangsung dengan memperhatikan selalu volume dan menyiapkan musik pembukaan dan penutupan.

Dengan begitu seni terintegrasi dalam pengadeganan naskah drama dapat dilihat jika suatu naskah bersatu padu pada aspek-aspek dalam drama yang membuat pengadeganan terlihat indah dan menarik ketika dipentaskan di atas panggung, apabila penulis naskah, aktor  dan composer musik dapat bekerja sama secara baik dan utuh , maka hasil pementasannya akan baik di atas panggung, yang membuat penonton akan tertarik lagi untuk meyaksikan teater selanjutnya, terlebih naskah tersebut akan dikatakan berhasil juga dengan mengolah naskah drama menjadi suatu yang bermutu dan bernilai dengan asas kemanusiaan dalam situasi yang terjadi dalam masyarakatnya sebagai suatu kritikan yang menyadarkan manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun