Coba kita ingat lagi, perkataan teman saya tadi "kehidupan tidak hanya berhenti di pesta pernikahan, setelah pernikahan hidup masih terus berlanjut".
Mengingat pesta pernikahan bukanlah hal yang wajib dalam sebuah pernikahan dan tidak ada Undang-Undang atau aturan yang mengharuskan, mengapa tidak kita buat semampunya saja?
Tidak perlu muluk-muluk dan bermewah-mewahan tetapi uangnya hutang hehe. Alangkah lebih baik, jika semampunya saja lalu mengalokasikan biaya pesta untuk hal yang lain, misalnya uangnya dijadikan modal usaha, diinvestasikan, ditabung, atau tidak jika kita tinggal di desa, kita belikan saja lahan untuk bertani atau sapu untuk kita perah yang nantinya akan menghasilkan uang. Ide bagus, bukan?Â
Lalu dengan kita mengalokasikan biaya pesta untuk hal-hal semacam itu akan membantu dan menunjang kebutuhan hidup kita setelah kita menikah kan? Saya rasa itu lebih baik daripada menghambur-hamburkan uang untuk pesta pernikahan.
Bukankah nikah tanpa pesta tetaplah sah di mata agama dan negara? Yang pentingkan ijab qobul/pemberkatan. Sedangkan pesta kan bukan syarat utama pernikahan, iya tidak?
Lalu mengapa jika kita tidak mampu harus kita paksakan, hanya demi sebuah gengsi?
Sudahlah mari kita lupakan gengsi sejenak dan kembali bertumpu pada faktor ke sakralan dan sahnya sebuah pernikahan. Pesta bukan hal yang wajib kok.
Tapi kembali lagi pada masing-masing individu, karena sudut pandang setiap orang tentang pesta pernikahan berbeda-beda. Ada yang menganggapnya penting dan menjadi hal yang wajib, ada pula yang menganggap kurang penting dan tidak wajib.
Tapi alangkah lebik baik jika diadakan semampunya saja agar terhindar dari resiko berhutang atau menjuak aset.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H