PERBEDAAN TEORI KONTRUKTIVISME, KOGNITIVISME, DAN NATIVISME DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
   Teori Kontruktivisme
Teori Kontruktivisme ialah teori yang mengedepankan peningkatan logika dan konseptual pembrlajaran. Belajar bukan sekedar hubungan stimulus-respon tetapi memerlukan pengaturan diri dan pembentukan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi. Pada teori kontruktifisme belajar lebih menekankan pada proses, bukan hasil.
Teori kontruktivisme dalam pembelajaran merupakan sebuah teori yang bersifat membangun dari segi kemampuan, dan juga pemahamannya. Maka dari sifat membangun tersebut dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam meningkatkan kecerdasannya.
Adapun menurut shymansky yang mengatakan bahwa kontruktivisme ialah aktifitas yang akyif, dimana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari sendiri arti dari apa yang ia pelajarinya, dan dalam proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah dimilikinya.Â
Dari pendata shymansky dapat disimpulkan bahwa kontruktivisme merupakan pengaktifan siswa dengan cara memberikan ruang yang luas untuk memahami yang telah mereka pelajari dengan cara menerapkan konsep-konsep yang diketahui sebelumnya lalu mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun asumsi-asumsi kontruktivisme yaitu manusia merupakan siswa yang aktif mengembangkan pengetahuan bagi dirinya sendiri. Serta seorang pendidik sebaiknya tidak mengajar atau menyampaikan pelajaran dengan cara yang tradisional, maksudnya guru harus membangun situasi-situasi yang membuat siswa dapat terlibat secara aktif dengan materi pelajaran melalui pengolahan materi-materi dan interaksi sosial.
Kelebihan teori belajar kontruktivisme dalam pembelajaran
*Proses pembelajaran guru hanya sebagai pemberi ilmu, maka siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya baik dalam segi latihan, bertanya, dan praktik.
*Siswa lebih aktif dan kreatif sehingga siswa dapat memahami pembelajaran yang ia peroleh baik dalam lingkup sekolah maupun di luar.
*Pembelajaran jadi lebih bermakna. Pembelajaran tidak hanya mendengarkan guru sajian namun siswa dapat mengaitkan dengan pengalaman-pengalaman pribadinya dengan informasi-informasi yang dia dapatkan.