Â
Lucu saja ketika berteriak-teriak mendagangkan penghapusan "diskriminasi" namun ketika masuk pesawat, kelas bisnis masuk lebih dulu dan kelas ekonomi belakangan. Sudah itu, ekspresi wajahnya pun berbeda, yang lebih dulu disenyumi dengan bulan sabit, yang belakangan diberi senyum bulan sabit terjungkir. Mungkin itu hanya perkiraan saya saja, dugaan sekelebat ketika pramugarinya sedang kebelet pipis makanya langsung berubah ekspresi.Â
Ketika kelaparan merajalela kita asyik memotong steak  di restoran mewah dengan secangkir wine mahal. Lantas di negara bagian Asia sana ada pemerkosaan perempuan oleh segelintir lelaki bejad, namun kita sibuk merapikan dasi dan memoles sepatu kulit. Ada tikus-tikus yang menggerogoti kekayaan negara namun kita bilang "Ah, biasa! sudah budaya." Ada seorang penjahat yang dianiaya petugas kepolisian sampai mati tanpa melalui sidang, toh kita adem ayem saja. Dunia terus berputar dan angin berhembus sepoi-sepoi.Â
Namun saya yakin kok di antara para penduduk sebuah negara, masih ada sekelompok orang seperti Park Yeol dan Kaneko Fumiko yang menggadaikan jiwanya demi mengungkapkan kebenaran dan melawan ketidakadilan.
Kita bebas memilih mau menjadi penonton atau pemain yang ikut bangga walau akhirnya tak bahagia. Mau ikut diam menyembunyikan kebenaran atau menerangkannya agar terjadi perubahan. Mau menjadi pecundang atau pemenang. Silakan memilih, semua kembali kepada diri kita. Yang jelas di akhir kata saya akan kutip kalimat lain :
                                               Keep concealing, but that won't hide the truth!-Park Yeol-
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H