Kata sebagian orang, sejarah itu bisa diotak-atik atas dasar kepentingan sekelompok orang. Namun sejarah yang tercatat dengan bukti-bukti yang eksplisit tentu tidak bisa disangkal. Sebelum sejarah terulang, maka sebaiknya kita mempelajari masa lalu. Mungkin dari situ, kita bisa bijak dalam bertindak. Bisa berani walau hanya ikan teri, bagaimanapun daratan tak beda jauh dengan lautan. Ikan besar melahap ikan kecil, hanya para nelayanlah yang bisa menangkap dan memanfaatkan keduanya.
Terdorong dari rekomendasi oleh kompasianer Tilaria Padika, hari ini saya menyelesaikan film sejarah yang penuh warna. Perjuangan, romansa, komedi, dan haru disuguhkan dalam film Anarchist from Colony ini.
Anarchist from Colony adalah film bergenre drama biografi yang diputar pertama kali pada akhir Juni 2017 lalu di Seoul, Korsel. Film ini diangkat dari kisah nyata sejarah perjuangan bangsa Korea melawan penjajajah Jepang, terutama seputar perjuangan dua tokohnya, si cowok Korea Park Yeol (saat itu 22 tahun) dan gadis Jepang Kaneke Fumiko (saat itu 19 tahun) di Tokyo (Tilara Padika). Mau review lengkapnya? Cek di sini.
Ada beberapa kalimat yang menarik perhatian sehingga saya kutip :
If you're too close to the truth, you'll get closer to death
Melihat kondisi dunia saat ini, tidak berbeda jauh dengan beberapa tahun atau abad yang lalu. Dimana saat ketidakadilan merajalela bukan hanya cerita fiktif dalam sebuah film semata. Karena skenario dalam film pun terinspirasi dari fakta yang ada, entah itu sejarah atau masa yang sedang berlangsung saat ini.
Dalam sebuah wilayah kekuasaan, tentu selalu saja ada yang namanya ketidakadilan. Namun hanya sedikit yang mengangkat suara dan lebih banyak yang memilih diam menikmati suasana. Ada yang rasa kemanusiaannya benar-benar tersentuh dengan kondisi sekitar, walau berbeda jubah agama dan ikatan kekeluargaan. Hanya dengan alasan "cinta" sekelompok orang 'kecil' memilih untuk berbeda dan terbedakan. Baik melalui suaranya atau pun tindakan.
Menyangkut kutipan di atas, "Jika kau terlalu dekat pada kebenaran, kau akan semakin mendekat pada kematian." Mungkin terlihat biasa bagi sebagian orang, namun bagi saya secara pribadi, memiliki makna yang sangat dalam. Sedikit orang yang berani mengatakan kebenaran walaupun sebenarnya mereka adalah saksi dari kebenaran itu sendiri. Karena 'takut' dengan konsekuensi kematian. Bukan kematian yang berarti eksekusi seperti yang terjadi pada dua tokoh "pemberontak" di film itu. Namun lebih halus dan terdengar pengecut. Seperti ketakutan karena tidak mendapatkan pekerjaan, takut dicap buruk oleh masyarakat, takut dijauhi, takut ini dan itu sebagai pengganti dari kematian. Maka orang lebih memilih diam daripada mengungkapkan kebenaran. Lebih memilih bisu dan buta ketika menemui ketidakadilan.
Kutipan lainnya adalah :
To live doesn't merely mean to move,
if I can move upon my will,
even if the move itself eventually leads to death,
it is not the denial of life it is an affirmation -- Kaneko Fumiko
Ada sebagian pengecut di dunia ini yang lebih memilih hidup namun pada kenyataannya mereka mati. Mati karena ibarat memiliki tubuh namun tak bernyawa. Jasadnya hanya digerakkan oleh orang lain yang berkuasa atas dirinya. Dia bebas tanpa ada jeruji mengurung tubuhnya, namun pemikirannyalah yang terpenjara.
Dulu kita disebut Romusa sekarang tak berbeda hanya berganti menjadi lebih 'manusiawi' sebagai pekerja. Di bawah tangan-tangan kapital yang hanya memeras keringat untuk memegahkan istananya. Â