“Ye. Daripada minta? Malu tau!” jawabku sengit
Disaat-saat genting perdebatanku dengan Sam tentang kulit ikan salmon itu tiba-tiba si Vietnam dengan muka kosong membawa sebagian kulit ikan ke cerobong sampah dan seketika itu spontan,
“Aaaaaaaaarghhhh.... Net! Net! Net! Ne Wvibrasivai!!!” aku menjerit [jangan, jangan, jangan, jangan dibuang]
Duh, betapa malunya aku,mulutku keceplosan berteriak histeris sampai si Vietnam seketika juga terdiam sambil memandangku heran dan Sam pun langsung tepok jidat sambil membuka mulut lebar-lebar
“Sto? Sto takoe? Pacemu?” [apa? kenapa?]
Karena sudah terlanjur basah, meski di bibir berkata enggan sebetulnya naluriku sebagai kakak yang bertanggung jawab atas gizi adik-adiknya maka dengan wajah menahan malu yang teramat sangat aku langsung menjawab
“Da, net, eto kozhi ti wvibrasivaesh? A mozna mne?” jawabku dengan wajah memerah padam [iya, eh tidak, itu kulit mau kami buang? boleh buat saya?]
“Za cem tebya eto nuzna?” Tanya si Vietnam heran [untuk apa kamu?]
Sial. Kenapa harus pakai Tanya sih? Kan aku jadi salah tingkah menjawabnya
“Hmm.. Eto, V nashi strana kozi u ribbi ochen vkusno, a Mi nikogda wvibrasivaet ikh” [hmm, itu, di negara kami kulit ikan sangat lewat, jadi kami tidak pernah membuangnya]
“O, nu v Vietname eto mushor” jawabnya enteng [o, divietnam itu sudah jadi sampah]