Mohon tunggu...
Dinda Hermawan
Dinda Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga Program Studi Psikologi

Hi Everyone! Kenalin namaku Dinda Hermawan, aku merupakan mahasiswa di Universitas Airlangga yang mengambil fokus jurusan Psikologi. Hobiku saat ini yaitu menonton film, mendengarkan musik, memasak, dan olahraga. Aku memiliki minat di bidang psikologi yang mana merupakan disiplin ilmu yang aku pelajari di perkuliahan. Selain itu, aku juga memiliki minat di bidang kesehatan dan olahraga, yang mana keduanya sangat penting untuk membangun pikiran dan pola hidup yang sehat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Fenomena Hallyu (Korean Wave) terhadap Karakter Generasi Muda di Indonesia

30 Juni 2022   12:12 Diperbarui: 30 Juni 2022   12:27 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penyebaran budaya Korea tumbuh dengan pesat dan mendunia dalam kurun waktu dua dekade ini. Eksistensinya cenderung diterima oleh masyarakat dari berbagai kelompok usia sehingga melahirkan sebuah fenomena Hallyu atau dikenal juga Korean Wave. Fenomena Hallyu terjadi di banyak negara di seluruh dunia termasuk Negara Indonesia. Hal ini membawa dampak terhadap kehidupan sehari-hari terutama pada remaja atau generasi muda.

Kesuksesan Korean Wave ini juga didukung dengan adanya arus globalisasi, dimana teknologi informasi berkembang secara masif sehingga persebaran dan penyerapan nilai-nilai budaya dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Sebagai salah satu negara dengan jumlah warga terbesar di dunia, Indonesia adalah tempat bagi jutaan penggemar K-pop. Pada tahun 2019, Indonesia berada di urutan ketiga setelah Thailand dan Korea Selatan sebagai negara terbanyak yang melakukan tweet terkait K-pop berdasaran data yang disampaikan oleh Twitter. 

Di sisi lain, Indonesia berada di urutan kedua terkait penayangan berbagai video K-pop di aplikasi Youtube dengan presentase 9,9% (Won So, 2020). Posisi pertama ditempati Korea Selatan dengan presentase 10,1%. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa fenomena Korean Wave ini banyak mempengaruhi selera generasi muda dalam berbagai hal seperti, banyaknya penggunaan produk kecantikan Korea, gaya berpakaian, makanan, musik, bahasa, dll.

Fenomena Hallyu atau Korean Wave yang terjadi di Indonesia sedikit banyak membawa pengaruh pada kehidupan sehari-hari terutama pada generasi muda Indonesia. Tanpa disadari fenomena yang terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama tersebut mempengaruhi karakter dan daya saing generasi muda. Sebagian hal membentuk karakter yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa, namun sebagian hal juga membentuk karakter yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Pengaruh Positif Fenomena Korean Wave

  • Meningkatnya minat belajar bahasa asing

            Masuknya budaya Korea di Indonesia akibat adanya fenomena Korean Wave membawa pengaruh positif bagi generasi muda, salah satunya yaitu meningkatnya minat untuk mempelajari bahasa Korea. Keinginan untuk bisa pergi melihat dan berkomunikasi langsung dengan sang idola merupakan faktor pendorong bagi penggemar untuk mempelajari bahasa Korea. Awalnya, media untuk mempelajari bahasa Korea ini sangat terbatas. Biasanya hanya melalui internet, tayangan drama Korea, maupun dari lirik lagu Korea. Namun, seiring berjalannya waktu banyak bermunculan tempat kursus bahasa Korea yang berbasis online maupun offline. Hal ini berhubungan dengan karaker bangsa yaitu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta merupakan langkah baik bagi generasi muda Indonesia karena dapat menambah wawasan dan kemampuan dalam berbahasa asing.

  • Terbentuknya komunitas yang dapat meningkatkan sikap toleransi dan peduli sosial.

           Komunitas adalah sekumpulan orang yang memiliki kesamaan karakteristik seperti ras, kultur, agama, letak geografis, serta keadaan sosial ekonomi. Dalam sebuah komunitas, para anggota memiliki rasa saling memiliki, saling terikat satu sama lain, dan percaya bahwa kebutuhan atau tujuan para anggota akan tercapai jika para anggota dapat berkomitmen untuk terus bersama. Saat ini sudah ada banyak komunitas pecinta K-pop yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Komunitas ini biasanya memiliki suatu kegiatan untuk dilakukan secara bersama-sama, salah satunya yaitu kegiatan sosial. 

Komunitas K-pop belakangan ini dikenal memiliki kepedulian yang tinggi terhadap isu atau permasalahan masyarakat. Tak jarang mereka melakukan penggalangan dana untuk tujuan amal. Salah satu contoh kegiatan sosial yang pernah komunitas K-pop lakukan yaitu penggalangan dana untuk membantu menyediakan makanan dan lilin bagi korban banjir di Kalimantan Selatan pada Januari 2021. Inisiatif dan jiwa sosial yang mereka miliki barangkali terinspirasi dari idola mereka yang juga peduli terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat. Seperti BTS, beberapa waktu lalu mereka membuat program Hope Delivery, sebuah program yang membantu orang tua dan anak-anak miskin dalam hal menyediakan kebutuhan makanan. 

Selain itu, diketahui sejumlah selebriti Korea juga kerap memberikan donasi untuk melawan pandemi Covid-19, membantu pendidikan, serta melawan isu lingkungan dan perubahan iklim.

Pengaruh Negatif Fenomena Korean Wave

  • Munculnya perilaku konsumtif dan fanatisme

            Penggemar K-pop atau yang biasa disebut K-popers dikenal memiliki loyalitas yang tinggi terhadap idola mereka, termasuk K-popers Indonesia. Pada tahun 2016, Jakpat melakukan survey mengenai kebiasaan K-popers di Indonesia. Survey ini ditujukan kepada 739 K-popers Indonesia dan hasilnya menunjukkan bahwa 36,44% melakukan kebiasaan pada pembelian album fisik, 32.03% album digital, dan 38,21% untuk pembelian merchandise. Setelah itu dilakukan pilot test pada tahun 2020 untuk melihat perbadingannya. Pilot test ini ditanggapi oleh 141 K-popers dan hasilnya menunjukkan bahwa 69,5% melakukan pembelian album fisik, 50,4% album digital, dan 81,6% untuk pembelian merchandise. 

Dapat dilihat bahwa dari tahun 2016 hingga 2020 penjualan album fisik maupun digital serta merchandise K-pop mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa menjadi K-popers dapat menimbulkan perilaku konsumtif bagi generasi muda Indonesia. Perilaku konsumtif ini didorong oleh sifat fanatik dari para penggemar itu sendiri. 

Seseorang yang fanatik terhadap suatu hal, cenderung memiliki rasa ingin mengonsumsi segala sesuatu yang berkorelasi atau berhubungan dengan sang idola. Dari sini terbentuklah perilaku konsumtif secara perlahan-lahan sehingga tidak disadari oleh para penggemar. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kepribadian dan budaya bangsa Indonesia.       

                         

  • Lebih menyukai budaya asing daripada budaya sendiri

            Di era globalisasi saat ini, sebagai generasi muda kita dituntut untuk memiliki wawasan yang luas. Mempelajari budaya asing merupakan hal yang biasa saat ini, namun sebagai bagian dari bangsa Indonesia kita tidak boleh melupakan budaya kita sendiri. Saat ini budaya Korea sedang populer di Indonesia, mulai dari makanan, musik, gaya berpakaian, hingga gaya riasan wajah. Budaya Korea yang masuk ke Indonesia disambut dengan ramah oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Saat ini banyak ditemukan makanan khas Korea yang diperjual belikan di Indonesia, hal ini lama-kelamaan menyebabkan hilangnya makanan khas Indonesia dari pasaran karena kurangnya minat dan perhatian dari masyarakat. 

Selain itu, para generasi muda lebih mengenal tarian modern yang biasa dilakukan idola mereka dibanding tarian tradisional. Bukti nyata dari hal tersebut dapat kita lihat di kehidupan sekolah, ekstrakulikuler modern dance lebih banyak peminat dibanding tari tradisional. Tak hanya itu, saat ini gaya pakaian Korea sangat digemari oleh generasi muda. Beberapa dari gaya berpakaian tersebut tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan lunturnya kebudayaan Indonesia dan berkurangnya rasa cinta tanah air.

  • Tingginya plagiatisme yang menurunkan kreatifitas generasi muda

            Fenomena Korean Wave di Indonesia meningkatkan jumlah plagiarisme di berbagai bidang. Hal ini disebabkan oleh sifat fanatik yang dimiliki penggemar K-pop, mereka cenderung meniru segala hal yang dilakukan idola mereka. Mulai dari gaya berpakaian, riasan wajah, hingga kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini pula yang mendorong industri tertentu untuk menjalankan bisnis yang sesuai dengan selera masyarakat. Misalnya, saat ini drama Korea merupakan tontonan favorit bagi berbagai kalangan, hal ini mendorong industri perfilman untuk membuat produk yang sama tanpa dimodifikasi. 

Selain itu, aliran musik Indonesia sedikit banyak sudah mengalami perubahan akibat adanya fenomena Korean Wave, dibuktikan dengan munculnya boyband dan girlband yang sangat identik dengan K-pop. Hal ini merupakan pengaruh buruk bagi bangsa Indonesia karena dapat menurunkan kreatifitas generasi muda. Kebiasaan meniru karya orang lain juga dapat menurunkan daya saing bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun