Dapat dilihat bahwa dari tahun 2016 hingga 2020 penjualan album fisik maupun digital serta merchandise K-pop mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa menjadi K-popers dapat menimbulkan perilaku konsumtif bagi generasi muda Indonesia. Perilaku konsumtif ini didorong oleh sifat fanatik dari para penggemar itu sendiri.Â
Seseorang yang fanatik terhadap suatu hal, cenderung memiliki rasa ingin mengonsumsi segala sesuatu yang berkorelasi atau berhubungan dengan sang idola. Dari sini terbentuklah perilaku konsumtif secara perlahan-lahan sehingga tidak disadari oleh para penggemar. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kepribadian dan budaya bangsa Indonesia. Â Â Â Â
            Â
- Lebih menyukai budaya asing daripada budaya sendiri
      Di era globalisasi saat ini, sebagai generasi muda kita dituntut untuk memiliki wawasan yang luas. Mempelajari budaya asing merupakan hal yang biasa saat ini, namun sebagai bagian dari bangsa Indonesia kita tidak boleh melupakan budaya kita sendiri. Saat ini budaya Korea sedang populer di Indonesia, mulai dari makanan, musik, gaya berpakaian, hingga gaya riasan wajah. Budaya Korea yang masuk ke Indonesia disambut dengan ramah oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Saat ini banyak ditemukan makanan khas Korea yang diperjual belikan di Indonesia, hal ini lama-kelamaan menyebabkan hilangnya makanan khas Indonesia dari pasaran karena kurangnya minat dan perhatian dari masyarakat.Â
Selain itu, para generasi muda lebih mengenal tarian modern yang biasa dilakukan idola mereka dibanding tarian tradisional. Bukti nyata dari hal tersebut dapat kita lihat di kehidupan sekolah, ekstrakulikuler modern dance lebih banyak peminat dibanding tari tradisional. Tak hanya itu, saat ini gaya pakaian Korea sangat digemari oleh generasi muda. Beberapa dari gaya berpakaian tersebut tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan lunturnya kebudayaan Indonesia dan berkurangnya rasa cinta tanah air.
- Tingginya plagiatisme yang menurunkan kreatifitas generasi muda
      Fenomena Korean Wave di Indonesia meningkatkan jumlah plagiarisme di berbagai bidang. Hal ini disebabkan oleh sifat fanatik yang dimiliki penggemar K-pop, mereka cenderung meniru segala hal yang dilakukan idola mereka. Mulai dari gaya berpakaian, riasan wajah, hingga kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini pula yang mendorong industri tertentu untuk menjalankan bisnis yang sesuai dengan selera masyarakat. Misalnya, saat ini drama Korea merupakan tontonan favorit bagi berbagai kalangan, hal ini mendorong industri perfilman untuk membuat produk yang sama tanpa dimodifikasi.Â
Selain itu, aliran musik Indonesia sedikit banyak sudah mengalami perubahan akibat adanya fenomena Korean Wave, dibuktikan dengan munculnya boyband dan girlband yang sangat identik dengan K-pop. Hal ini merupakan pengaruh buruk bagi bangsa Indonesia karena dapat menurunkan kreatifitas generasi muda. Kebiasaan meniru karya orang lain juga dapat menurunkan daya saing bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H