Di samping itu, pemerintah daerah juga mulai menginisiasi program pelestarian budaya yang menggabungkan unsur tradisi dan modernisasi, seperti pelatihan untuk generasi muda mengenai pentingnya menjaga warisan budaya, tanpa menutup kemungkinan beradaptasi dengan kemajuan zaman.
Kesimpulan : Harmoni atau Ketegangan?
Secara keseluruhan, tradisi Terteran di Karangasem mencerminkan keharmonisan budaya Bali yang terjalin erat antara agama dan adat istiadat. Namun, dalam konteks multikulturalisme, masyarakat Bali menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan keseimbangan antara tradisi dan modernisasi. Di satu sisi, tradisi seperti Terteran tetap menjadi simbol kuat dari identitas sosial dan budaya, tetapi di sisi lain, perkembangan zaman dan globalisasi dapat memicu ketegangan dalam masyarakat yang majemuk ini.
Untuk menjaga keberlanjutan budaya Bali di tengah perubahan zaman, masyarakat Bali perlu menemukan cara untuk mempertahankan nilai-nilai budaya mereka tanpa kehilangan keterbukaan terhadap perubahan. Keseimbangan antara harmoni tradisional dan kebutuhan untuk beradaptasi akan menjadi kunci dalam menjaga budaya Bali di dunia yang semakin global.
Daftar Pustaka
- Geertz, C. (1990). Picturing Indonesia: Cultural realism and multiculturalism. University of Chicago Press.
- Hoed, B. J. (2012, April 12). Bali:Â Culture and modernization. Bali Insights. https://www.baliinsights.com/bali-culture-modernization
- Smith, J. (2020). Multiculturalism in Indonesian society: A case study of Bali. Journal of Cultural Studies, 12(3), 45-60. https://doi.org/xxxxxx
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H