Pembullyan  adalah perilaku agresif berulang yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mempermalukan, mengintimidasi, atau mengganggu orang lain secara fisik, emosional, atau psikologis yang dapat terjadi  merugikan seseorang. Pembullyan dapat terjadi di berbagai tempat, termasuk sekolah, tempat kerja, dan dunia maya, tanpa memandang usia, ras, atau jenis kelamin korban.
Korban yang di-bully biasanya anak yang pendiam dan anak yang susah bergaul dengan teman di sekitarnya. Bullying terjadi karena  beberapa  faktor penyebab, seperti perbedaan ekonomi, agama, gender, tradisi, dan kebiasaan senior yang menghukum juniornya.Â
Ada perasaan  dendam dan cemburu, serta nafsu untuk menguasai korban melalui kekuatan  fisik dan ketertarikan seksual. Selain itu, pelaku juga menggunakan bullying untuk  meningkatkan popularitasnya di kalangan teman sebayanya.
Pembullyan terutama di Sekolah Menengah Atas telah menjadi masalah global. Karena sebagian besar anak-anak sekolah sangat rentan menjadi korban pembullyan. Lingkungan pendidikan  seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak-anak untuk belajar. Â
Mengembangkan potensi masa depannya, namun yang terjadi di wilayah ini adalah anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan. Bullying sendiri terjadi karena  guru yang seharusnya menjadi pemimpin dan pencegah kenakalan anak, tanpa sadar menjauhi tindakan memalukan seperti bullying antar siswa, karena hal tersebut memang perlu dilakukan.
Kenyataannya, masih banyak tindakan  bullying yang terjadi di sekolah. Bullying sendiri  berdampak pada keadaan psikososial siswa. Siswa yang terus-menerus ditindas cenderung kehilangan kepercayaan diri dan menjadi takut terhadap teman-temannya. Tentu saja hal ini  menghambat pertumbuhan siswa  baik secara akademis maupun dalam interaksinya dengan lingkungan.
Anak yang menjadi pelaku bullying cenderung memiliki permasalahan dengan keluarganya, misalnya orangtua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan dan anak tersebut akan mempelajari dan meniru  perilaku bullying ketika mengamati konflik- konflik yang terjadi pada orangtua mereka, kemudian menirukan-nya kepada teman-temannya.Â
Bullying bisa terjadi karena adanya tradisi senioritas seperti senior yang lebih menguasai lingkungan di sekolah maupun tempat bermain. Jika senior berkata atau bertindak, maka yunior hanya dapat menuruti serta mengikuiti peraturan tersebut. Kasus perundungan memang banyak terjadi khusus nya anak di Indonesia,Komisi Peelindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sebanyak 41 persen siswa Indonesia pernah jadi korban bully.
Bullying berdampak negatif terhadap perkembangan karakter  korban dan pelaku bully. Selain stres hingga depresi, baik orang dewasa maupun anak-anak akan mengalami hal-hal di bawah ini sebagai dampak negatif bullying yang dilakukan orang-orang di lingkungannya.
Dampak Negatif Bullying Bagi Korban :
1. Masalah Psikologis
Korban bully sering kali menunjukkan adanya gejala masalah psikologis. Bahkan setelah perundungan berlangsung dan lama berlalu. Kondisi yang paling sering muncul adalah depresi dan gangguan kecemasan.Â
Selain itu, pengaruh bullying terhadap kesehatan mental remaja dan anak adalah merasa sangat sedih, rendah diri, kesepian, hilang minat pada hal yang biasa mereka sukai, dan perubahan pada pola tidur atau makan.Â
Efek bullying juga bisa menyebabkan gejala psikosomatis, yaitu masalah psikologis yang memicu gangguan pada kesehatan fisik. Hal ini tidak hanya berlaku pada orang dewasa, tapi juga anak-anak. Sebagai contoh, saat waktunya masuk sekolah, anak akan merasa sakit perut dan sakit kepala meski secara fisik tidak ada yang salah di tubuhnya
2. Masalah Fisik
Selain psikis, tindakan bullying bisa memengaruhi kondisi tubuh terutama bagi korban yang mendapatkan kekerasan secara fisik, seperti luka dan memar. Bullying juga turut memicu stres berkepanjangan, sehingga berisiko menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan, di antaranya penurunan daya tahan tubuh, sakit kepala, dan gangguan pencernaan. Perilaku ini pun dapat memperburuk kondisi anak yang telah memiliki riwayat masalah kesehatan sebelumnya, seperti gangguan jantung atau penyakit kulit.
3. Sulit Percaya Orang Lain
Dampak negatif bullying bagi korban selanjutnya adalah akan sulit mempercayai orang-orang disekitarnya atau trust issue. Kondisi ini rentan dialami oleh korban bullying karena mereka khawatir akan mendapatkan perlakuan buruk kembali bila menaruh kepercayaan terhadap orang lain. Bahkan, bila tidak segera diatasi, korban bullying yang mengalami trust issue cenderung akan menutup dirinya dan enggan bersosialisasi dengan orang lain.
4. Pikiran untuk Bunuh Diri
Dampak bullying bagi korban yang satu ini tidak hanya bisa menghampiri pikiran orang dewasa. Korban bullying berusia anak-anak dan remaja pun berisiko memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup. Tidak jarang ada laporan kejadian tentang anak berusia sekolah yang meninggal dunia akibat bunuh diri setelah dirundung oleh teman-teman sepantarannya.
5. Gangguan prestasi
Dampak dari bullying lainnya adalah anak cenderung akan mengalami kesulitan dalam mencapai prestasi belajar. Mereka akan kesulitan untuk berkonsentrasi di kelas, sering tidak masuk sekolah, dan tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang ada di sekolah.
6. Pikiran untuk Balas Dendam
Dampak negatif bullying terhadap psikologi korban berikutnya adalah memiliki pikiran untuk balas dendam. Hal ini perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan kekerasan pada orang lain untuk melimpahkan kekesalannya.
Seperti telah disinggung sebelumnya, dampak negatif bullying juga dirasakan oleh pelaku perundungan. Sebab terkadang saat kasus bullying terjadi, umumnya orang akan menganggap bahwa pelaku bullying adalah orang yang jahat.Â
Sebenarnya, tidak semua pelaku bully melakukan perundungan karena keinginannya. Beberapa orang bahkan tidak paham bahwa yang dilakukannya adalah tindakan bullying.
Dampak Negatif Bullying Bagi Pelaku :
1. Kurang Empati
Pelaku bullying cenderung tidak memiliki empati terhadap orang lain. Hal ini karena mereka telah terbiasa menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya, mereka mungkin tidak dapat memahami perasaan orang lain dan tidak peduli dengan konsekuensi tindakan mereka.
2. Kecenderungan untuk Melakukan Kekerasan
Pelaku bullying lebih mungkin melakukan kekerasan di masa depan. Hal ini karena mereka telah belajar bahwa kekerasan adalah cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kecenderungan ini dapat berdampak negatif pada kehidupan mereka, baik secara personal maupun profesional.
3. Masalah Perilaku
Pelaku bullying lebih mungkin mengalami masalah perilaku, seperti agresi, kenakalan, dan masalah hukum. Hal ini karena mereka telah terbiasa menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah.
4. Gangguan Kesehatan Mental
Pelaku bullying lebih mungkin mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan kepribadian. Gangguan kesehatan mental ini dapat berdampak negatif pada kehidupan mereka, baik secara personal maupun profesional.
5. Kesulitan Dalam Menjalin Hubungan
Pelaku bullying lebih mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini karena mereka telah terbiasa menggunakan kekerasan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Akibatnya, mereka mungkin akan sulit untuk membangun hubungan yang sehat dan langgeng.
6. Masalah Dalam Pekerjaan
Pelaku bullying lebih mungkin mengalami masalah dalam pekerjaan, seperti dipecat atau dipindahtugaskan. Hal ini karena perilaku mereka dapat mengganggu pekerjaan dan membuat lingkungan kerja menjadi tidak nyaman.
 Untuk mengatasi dampak negatif  bullying terhadap karakter, ada beberapa langkah yang harus dilakukan :
1.Pendidikan Karakter:
Pendidikan karakter mengajarkan nilai-nilai moral, empati, dan perilaku bullying kepada siswa sehingga dapat menanamkan keberanian  menghadapi kenyataan.
2.Bangun Kepercayaan Diri:
Membangun rasa percaya diri agar korban bullying  tidak merasa kalah atau takut terhadap pelaku bullying.
3.Tampilkan Prestasi:
Tunjukkan prestasi dan kelebihan yang dimiliki korban bullying sehingga ia merasa tak terkalahkan dan mengalah.
4.Menciptakan Persahabatan yang Positif:
Mengembangkan persahabatan yang sehat dan tidak menyukai pelaku intimidasi juga dapat membantu korban intimidasi merasa lebih aman dan didukung.
5.Melaporkan Perilaku Bullying:
Melaporkan perilaku bullying kepada pihak berwajib juga penting untuk memberikan efek jera terhadap pelaku intimidasi dan mencegah perilaku bullying terulang kembali.
6.Meningkatkan wawasan keagamaan:
Mengembangkan wawasan keagamaan dan mengatasi permasalahan hidup melalui pendekatan keagamaan untuk mengembangkan pikiran yang sehat.
7.Mengajarkan Keterampilan Sosial dan Resolusi Konflik:
Melatih anak untuk mengembangkan keterampilan sosial seperti komunikasi yang efektif, negosiasi, dan pengelolaan emosi. Ajari siswa cara menyelesaikan konflik secara proaktif dan membangun hubungan yang sehat.
8.Menciptakan Lingkungan yang Positif dan Mendukung :
Menciptakan lingkungan yang terbuka, bersahabat, dan penuh harapan di rumah, sekolah, dan tempat kerja. Mendorong siswa untuk membentuk kelompok sosial yang aktif dan saling mendukung.
9.Penyuluhan tentang penggunaan teknologi secara aman:
Berikan informasi kepada anak-anak tentang etika dan kesadaran digital untuk mencegah cyberbullying.
10.Mengajarkan empati, penghargaan, dan bagaimana berperilaku dengan baik terhadap sesama: Ajari anak-anak tentang empati, penghargaan, dan bagaimana berperilaku dengan baik terhadap sesama. Libatkan diri dalam kehidupan anak, pantau aktivitas online mereka, dan ajari tentang perilaku yang aman di dunia maya.
Dapat disimpulkan bahwa mengatasi bullying di sekolah menengah atas melalui pendidikan karakter merupakan langkah yang penting dan efektif dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung. Pendidikan karakter tidak hanya membantu korban untuk mengatasi dampak negatif bullying, tetapi juga membentuk sikap empati, kepedulian, dan toleransi pada pelaku bullying.
Dengan pendekatan bersama antara guru, siswa, dan seluruh komponen sekolah, pendidikan karakter dapat menjadi solusi yang holistik dalam pencegahan dan penanggulangan bullying. Melalui pemahaman yang mendalam tentang dampak negatif bullying dan implementasi program pendidikan karakter yang kuat, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang inklusif, menghormati perbedaan, dan bebas dari tindakan bullying.
Kesimpulannya, pendidikan karakter bukan hanya tentang mengatasi bullying, tetapi juga tentang membentuk pribadi yang baik, menghargai perbedaan, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan setiap individu di sekolah menengah atas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H