Mohon tunggu...
Dinda AvrilaRahmasari
Dinda AvrilaRahmasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa S1 fakultas Psikologi dari Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bagaimana Cara Menghentikan Self-Diagnosis terhadap Kesehatan Mental pada Generasi Z

15 Juli 2023   07:14 Diperbarui: 15 Juli 2023   07:21 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

BAGAIMANA CARA MENGHENTIKAN SELF-DIAGNOSIS TERHADAP KESEHATAN MENTAL PADA GENERASI Z?
Dinda Avrila Rahmasari1,Dr.Aida Azizah,s.Pd.,M.Pd2
Program studi Psikologi,Fakultas Psikologi, Universitas Islam Sultan Agung
Dindaafilla11@gmail.com

Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat dan mengubah pandangan manusia salah satunya terhadap kesehatan mental terutama pada generasi z. Akibat pesatnya teknologi ini membuat kepedulian terhadap kesehatan mental juga meningkat drastis. 

Sebelum adanya era digital seperti saat ini masyarakat menganggap kesehatan mental adalah masalah yang tabu dan selalu di hubungkan dengan ODGJ atau orang dalam gangguan jiwa. Namun pada era saat ini generasi z justru menganggap bahwa kesehatan mental adalah hal yang wajar dan tidak tabu. Hal tesebut di akibatkan karena maraknya tes kesehatan mental yang ada di internet sehingga memicu timbulnya self-diagnosis terhadap kesehatan mental. Self diagnosis berasal dari bahasa inggris yaitu self yang artinya diri sendiri dan diagnosis yang artinya upaya untuk menentukan atau menganalisis suatu penyakit yang ada pada diri seseorang. 

Self diagnosis merupakan kondisi seseorang yang berasumsi bahwa seseorang tersebut mengidap penyakit berdasarkan pengetahuannya sendiri yang di dapatkan dari sumber -- sumber tidak resmi dan valid seperti internet,keluarga maupun teman. Gangguan kesehatan mental atau gangguan kejiwaan merupakan perubahan pada jiwa seseorang yang menimbulkan gangguan pada diri seseorang yang mengakibatkan seseorang mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sosial. 

Yosep & Sutini (2014) mengatakan terdapat 2 faktor penyebab gangguan kesehatan mental yaitu faktor organobiologis dan faktor psikologis. Faktor organobiologis contohnya yaitu faktor genetik,tempramen,cacat kongenital dan mengonsumsi obat-obatan atau zat secara berlebihan. Sedangkan faktor psikologis contohnya hubungan sosial dan interaksi ibu dan anak.Para generasi z sering mendiagnosis bahwa dirinya terkena salah satu dari beberapa gangguan kesehatan mental berikut :

1.Bipolar

Gangguan bipolar adalah suatu bentuk gangguan yang berubah-ubah pada suasana hati secara ekstrem pada penderitanya. Banyak remaja menganggap dirinya terkena penyakit ini akibat suasana hati yang mudah berubah,padahal hal tesebut adalah hal yang wajar di alami manusia. Penyakit ganguan bipolar tidak hanya di tentukan akibat perubahan suasana hati,namun ada beberapa faktor yaitu faktor biologis dan lingkungan. Penanganan gangguan ini dapat dilakukan selain mengonsumsi obat-obatan atau menggunakan terapi tertentu yang dilakukan oleh psikiater,penyembuhan gangguan ini juga dapat dilakukan dengan dukungan sosial dari keluarga pasien.

2.Depresi

Gangguan pada mental seseorang yang ditandai dengan perasaan sedih,bersalah serta kehilangan minat untuk melakukan sesuatu dan rasa rendah diri bahkan kehilangan nafsu makan dan kesulitan tidur. Gejala dari depresi muncul dengan beberapa perilaku contohya mudah marah,tiba-tiba menangis tanpa sebab dan tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Depresi sendiri disebabkan oleh beberapa faktor, terdapat faktor psikolgis,faktor genetik dan faktor lingkngan. 

Menurut (Blackman dalam Lubis,2009) depresi rentan terjadi pada remaja namun gejalanya tidak terdeteksi dari awal,gejala akan mulai terdeteksi ketika remaja mulai kesulitan di sekolah atau di lingkungan sosial. Hal tersebut diakibatkan karena masa remaja adalah masa-masa dimana remaja mengalami emosi yang meledak-ledak dan sesitivitas yang tinggi sehingga masa remaja juga disebut sebagai masa strom and stress karena emosi yang dialami naik dan turun. Terdapat penelitian Vardanyan (2013) terdapat faktor yang berkaitan dengan munculnya depresi pada remaja yaitu terjadinya perceraian orangtua,masalah ekonomi keluarga/orangtua,memiliki masalah di sekolah atau dengan teman.

3.Anxiety ( kecemasan)

Anxiety atau kecemasan adalah gangguan mental yang dialami seseorang berupa rasa cemas yang berlebihan. Penyebab seseorang mengidap anxiety yaitu pernah mengalami hal yang membuat seseorang itu trauma dan strees berkepanjangan. Adapun seseorang yang mengalami anxiety tanpa sebab yang jelas.
Banyaknya generasi z yang melakukan self-diagnosis akan menimbulkan 2 dampak sekaligus yaitu dampak baik dan dampak buruk. Dampak baik dari fenomena ini adalah banyak generasi z yang mulai menyadari pentingnya kesehatan mental antar sesama dan juga mulai mensosialisasikan bagaimana menjaga kesehatan mental baik untuk diri sendiri maupun orang lain. 

Namun, adanya dampak baik ini bukan berarti self-diagnosis dibenarkan. Sedangkan dampak buruk yang timbul dari fenomena ini adalah kesalahan diagnosis dan salah penanganan. Diagnosis yang dilakukan tidak berdasarkan dari sumber yang jelas akan menimbulkan salah penanganan juga. Hal tersebut dikarenakan ketika melakukan self-diagnosis faktor yang penting akan terlewat dan kesimpulan diagnosa juga salah. 

Gejala -- gejala yang dialami tidak dapat disimpulkan hanya dengan mencocokan dengan gejala yang tersebar di sumber-sumber tidak jelas seperti internet. Obat yang dibeli setelah self-diagnosis juga dapat menimbulkan hal yang lebih fatal karena setiap penyakit atau gangguan kesehatan mental memiliki penanganan serta dosis yang berbeda sehingga jika mengonsumsi obat yang tidak dalam anjuran dokter jiwa akan menimbulkan efek samping yang lebih berbahaya. 

Selain dari 2 dampak buruk tersebut,self-diagnosis juga akan menimbulkan seseorang mengidap cyberchondria. Cyberchondria adalah pencarian informasi di internet atau media sosia terkait kesehatan yang berlebihan sehingga menimbulkan seseorang mengalami distress,kecemasan dan kepanikan. 

Jadi, bagaimana cara mengatasi fenomena self-diagnosis yang terjadi pada generasi z saat ini? 

Cara mengatasinya yaitu dengan tidak mencari tahu informasi-informasi dari sumber yang tidak valid seperti internet dan media sosial yang kemudian di jadikan sebuah rujukan. Selain itu menghindari melakukan tes kesehatan mental yang beredar di media sosial karena hasil dari tes tersebut kredibilitasnya diragukan. 

Kemudian,jika merasakan gejala-gejala dari penyakit kesehatan mental yang mungkin mengganggu aktivitas jangan ragu untuk pergi ke Psikolog atau Psikiater karena kesehatan mental tidak bisa ditangani seorang diri dan membutuhkan pertolongan dari para ahli. 

Selain cara-cara tersebut kita juga dapat memberikan informasi-informasi di berbagai media sosial tentang dampal dan bahaya dari self-diagnosis. Atau kita dapat melakukan kampanye dengan menggunakan poster-poster yang menarik tentang bahaya dari self-diagnosis agar para generasi z lebih sadar bahwa self-diagnosis akan menimbulkan dampak yang lebih buruk bagi diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun