Anxiety atau kecemasan adalah gangguan mental yang dialami seseorang berupa rasa cemas yang berlebihan. Penyebab seseorang mengidap anxiety yaitu pernah mengalami hal yang membuat seseorang itu trauma dan strees berkepanjangan. Adapun seseorang yang mengalami anxiety tanpa sebab yang jelas.
Banyaknya generasi z yang melakukan self-diagnosis akan menimbulkan 2 dampak sekaligus yaitu dampak baik dan dampak buruk. Dampak baik dari fenomena ini adalah banyak generasi z yang mulai menyadari pentingnya kesehatan mental antar sesama dan juga mulai mensosialisasikan bagaimana menjaga kesehatan mental baik untuk diri sendiri maupun orang lain.Â
Namun, adanya dampak baik ini bukan berarti self-diagnosis dibenarkan. Sedangkan dampak buruk yang timbul dari fenomena ini adalah kesalahan diagnosis dan salah penanganan. Diagnosis yang dilakukan tidak berdasarkan dari sumber yang jelas akan menimbulkan salah penanganan juga. Hal tersebut dikarenakan ketika melakukan self-diagnosis faktor yang penting akan terlewat dan kesimpulan diagnosa juga salah.Â
Gejala -- gejala yang dialami tidak dapat disimpulkan hanya dengan mencocokan dengan gejala yang tersebar di sumber-sumber tidak jelas seperti internet. Obat yang dibeli setelah self-diagnosis juga dapat menimbulkan hal yang lebih fatal karena setiap penyakit atau gangguan kesehatan mental memiliki penanganan serta dosis yang berbeda sehingga jika mengonsumsi obat yang tidak dalam anjuran dokter jiwa akan menimbulkan efek samping yang lebih berbahaya.Â
Selain dari 2 dampak buruk tersebut,self-diagnosis juga akan menimbulkan seseorang mengidap cyberchondria. Cyberchondria adalah pencarian informasi di internet atau media sosia terkait kesehatan yang berlebihan sehingga menimbulkan seseorang mengalami distress,kecemasan dan kepanikan.Â
Jadi, bagaimana cara mengatasi fenomena self-diagnosis yang terjadi pada generasi z saat ini?Â
Cara mengatasinya yaitu dengan tidak mencari tahu informasi-informasi dari sumber yang tidak valid seperti internet dan media sosial yang kemudian di jadikan sebuah rujukan. Selain itu menghindari melakukan tes kesehatan mental yang beredar di media sosial karena hasil dari tes tersebut kredibilitasnya diragukan.Â
Kemudian,jika merasakan gejala-gejala dari penyakit kesehatan mental yang mungkin mengganggu aktivitas jangan ragu untuk pergi ke Psikolog atau Psikiater karena kesehatan mental tidak bisa ditangani seorang diri dan membutuhkan pertolongan dari para ahli.Â
Selain cara-cara tersebut kita juga dapat memberikan informasi-informasi di berbagai media sosial tentang dampal dan bahaya dari self-diagnosis. Atau kita dapat melakukan kampanye dengan menggunakan poster-poster yang menarik tentang bahaya dari self-diagnosis agar para generasi z lebih sadar bahwa self-diagnosis akan menimbulkan dampak yang lebih buruk bagi diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H