Penelitian juga menunjukkan bahwa anak usia 2-2,5 tahun dapat menggunakan taktik penipuan untuk menyembunyikan objek dari orang lain. Wellman dan Gelman menemukan bahwa pemahaman anak tentang pikiran manusia berkembang pesat pada tahun-tahun awal, termasuk memahami bahwa keinginan dan kepercayaan internal berhubungan dengan tindakan.
Kemampuan metakognitif ini berkembang dari masa kanak-kanak awal hingga usia sekolah dasar, di mana anak dituntut untuk menggunakan dan mengatur kognitif mereka dalam situasi belajar, seperti menyelesaikan masalah matematika dan membaca. Kemampuan ini tidak muncul secara alami, melainkan membutuhkan latihan dan refleksi.
Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk menciptakan struktur kehidupan yang berbudaya modern. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme adalah teori yang berfokus pada pembangunan kemampuan dan pemahaman dalam proses pembelajaran. Dengan karakter yang membangun ini, diharapkan partisipasi aktif siswa dapat meningkat, sehingga kecerdasan mereka juga akan bertumbuh.
Konstruktivisme Individual dan Sosial Vygotsky
Vygotsky menyebut teorinya sebagai pembelajaran kognisi sosial, yang menekankan bahwa budaya memainkan peran kunci dalam perkembangan individu. Ia berargumen bahwa manusia adalah satu-satunya spesies yang menciptakan budaya sendiri, dan setiap anak berkembang dalam konteks kebudayaannya, termasuk pengaruh dari lingkungan dan keluarga.
Prinsip-Prinsip Dasar Konstruktivisme
Prinsip-prinsip dasar konstruktivisme meliputi:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara individu maupun sosial.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid tanpa partisipasi aktif dari murid.
3. Siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan, sehingga terjadi perubahan konsep menuju pemahaman yang lebih dalam.
4. Guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan situasi belajar yang mendukung proses konstruksi pengetahuan siswa.
Model Pembelajaran Konstruktivisme
1. Peran Guru sebagai Fasilitator: Dalam pendekatan konstruktivis, guru berfungsi sebagai fasilitator, membantu siswa membangun pemahaman mereka sendiri alih-alih hanya menyampaikan informasi.
2. Interaksi Dinamik: Dalam pembelajaran, guru dan siswa saling berinteraksi secara setara, mempertimbangkan latar belakang budaya dan nilai-nilai masing-masing untuk membentuk makna.
3. Kolaborasi Antarpembelajar: Siswa dengan latar belakang berbeda bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, di mana kolaborasi lebih penting daripada kompetisi.
4. Pemagangan Kognitif: Dalam pembelajaran, siswa belajar secara bertahap dengan bimbingan dari orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berpengalaman, sehingga meningkatkan kemampuan kognitif mereka.
5. Proses Top-Down: Siswa diperkenalkan pada masalah kompleks terlebih dahulu, kemudian belajar keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut, berbeda dari metode konvensional yang dimulai dari dasar.
6. Pembelajaran Kooperatif: Pendekatan konstruktivis sering menggunakan pembelajaran kooperatif, di mana siswa saling mendiskusikan konsep dalam kelompok kecil, memudahkan pemahaman.
7. Belajar dengan Cara Mengajar: Siswa saling mengajar satu sama lain, yang mendorong konstruksi pengetahuan secara kolektif. Metode ini terbukti efektif dalam mengembangkan kompetensi siswa dan mengubah struktur kognitif mereka.
Secara keseluruhan, pendekatan konstruktivisme menekankan pentingnya interaksi sosial dan kolaborasi dalam proses belajar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI