Mohon tunggu...
Dinda Arifin
Dinda Arifin Mohon Tunggu... Guru - aktif

life goes on

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wanita sebagai Tulang Punggung

23 Oktober 2022   00:44 Diperbarui: 23 Oktober 2022   00:48 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

2. Sisanya sekitar 40 persen disebabkan, oleh alasan berikut:

a. Perceraian

b. Lajang yang tidak menikah tetapi bertanggung jawab terhadap ekonomi keluarga.

c. Suami mengalami sakit permanen sehingga tidak bisa menjalankan perannya sebagai pencari nafkah.

Dari data tersebut membuktikan bahwa data yang lebih banyak alasan wanita sebagai tulang punggung adalah karna suami atau ( kepala keluarganya meninggal ) hal ini dibuktikan dengan narasumber saya yang berinisial S. dia bekerja sebagai tulang punggung karna sang ayah meninggal dan dia menggantikan posisi ayahnya karna sang ibu yang tak mungkin mencari nafkah karna sedang sakit.

Kemudian ada narasumber berikutanya ada narasumber saya yang berinisial L dimana ia bekerja banting tulang karna suaminya yang sakit permanen hingga ia pagi nya harus berjualan dan setelah jualan nasi udukdan setelahnya ia bekerja sebagai tukang cuci.

Dari kedua narasumber saya, saya beropini ketika menghadapi sesuatu memang harus menyiapkan suatu kesabaran yang besar dan dapat diselesaikan dengan baik. Seorang wanita yang sebagai female breadwinner bukan keinginannya melainkan keterpaksaan keadaan.

Hal itu bisa di lihat dari beberapa narasumber diatas yang mengalami dampak besar dari keadaan, namun menurut saya yang paling terasa adalah narasumer saya yang pertama dimana dia seorang anak yang menjadi tulang punggung keluarga karena ayah yang sudah meninggal dan ibu yang sedang sakit. Dari sini sudah terlihat bahwa wanita pun bisa menafkahi keluarganya layaknya seorang laki - laki.

Dan untuk data survei mengenai angka kematian suami yang lebih besar.mungkin banyak hal ini terjadi.  Saya belum mengalami karna saya belum menikah. yang jelas ketika seorang istri ditinggal karna meninggal atau karna sakit permanen seorang wanita akan bangkit dari kesedihan dan fokus untuk mecukupi kebutuhan keluarga.

Pada kedua nasumber saya salut dengan perjuangannya dimana harus menggantikan peran seorang kepala keluarga ditengah keadaan yang tidak memungkinkan. Selain itu banyak hal yang bisa di ambil dari pengalaman para nasumber seperti perjalan hidup yang berharga dan pentingnya bersabar. 

Dengan melihat beberapa masalah yang terjadi  memberikan gambaran bahwa hidup rumah tangga bukan hanya mengurusi suatu hal yang menjadikan kewajiban saja, tapi bagaimana menurunkan ego, tidak saling menyalahkan, dan saling percaya. Dan satuhal yang paling penting adalah berkomitmen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun