Selanjutnya siswa mempelajari bentuk, struktur, dan filosofi rumah adat dari berbagai daerah, seperti rumah Joglo dari Jawa Tengah. Selain itu, beragam lagu, tarian, dan makanan khas dari berbagai daerah juga diperkenalkan dan dipelajari oleh para siswa, misalnya makanan gudeg dari Yogyakarta.
Berikutnya guru memberikan arahan mengenai bahan yang akan digunakan. Kreativitas diserahkan sepenuhnya pada siswa, sementara sekolah hanya menyediakan alas untuk mendukung pengerjaan proyek.
Terakhir pembentukan kelompok dan pemilihan provinsi untuk proyek. Kelompok dibentuk secara acak menggunakan aplikasi dan setiap kelompok akan mengundi provinsi yang akan dijadikan fokus pengerjaan proyek mereka.
Proyek ini mencakup pembuatan diorama, makanan khas, tarian, atau lagu dari provinsi yang ditentukan. Proses pengerjaan proyek berlangsung menjadi tiga tahap: tahap awal pada 3 hari pertama dilakukan perencanaan awal dan mempelajari tentang provinsi yang ditugaskan, lalu 3 hari berikunya dilakukan pengembangan ide dan pengerjaan proyek, dan 3 hari terakhir, finishing proyek hingga mencapai hasil akhir.
Semua warga sekolah terlibat aktif dalam kegiatan ini, memberikan kontribusi besar demi kelancaran acara. Pada akhirnya, puncak gelar karya Proyek P5 di SDN Sumberrejo 2 Surabaya berjalan dengan sukses dan meriah. Acara ini menjadi momen yang berkesan, tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi para guru, orang tua, dan seluruh warga sekolah yang terlibat.
TANTANGAN DALAM GELAR KARYA DALAM PROYEK PELAJAR PANCASILAÂ
Menyelenggarakan acara Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang sukses dan meriah menghadirkan berbagai tantangan tersendiri. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep rumah adat, baik dari segi bentuk maupun karakteristiknya. Pembuatan diorama juga memerlukan waktu yang cukup lama, dan banyak siswa masih merasa bingung dalam menerapkan ide-ide mereka. Untuk mengatasi hal ini, guru memberikan saran menggunakan bahan seperti karton dan stik es krim. Meski begitu, bimbingan intensif tetap diperlukan untuk memastikan hasil karya mereka sesuai harapan. Tantangan lain yang dihadapi adalah memilih bahan yang tepat, karena tidak semua bahan mudah ditemukan atau cocok untuk digunakan. Beberapa siswa bahkan harus mengulang pengerjaan karena bahan yang digunakan tidak memberikan hasil sesuai keinginan.
Selain tantangan teknis, kepercayaan diri siswa juga menjadi perhatian. Banyak siswa merasa ragu dengan kemampuan mereka sendiri. Dalam hal ini, peran guru pendamping sangat penting untuk memberikan motivasi dan dukungan agar siswa percaya diri dalam menyelesaikan proyek mereka.
Nama Penulis:
Della ikhsani nadiya
Dinda Kurniawati
Elsa Al Fawzia Fatimah Putri
Erika Novita sari
Ervy Wanda Wulandari Suyono
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI