Oleh: Dina Y. Sulaeman*
Secara tidak sengaja, saya membaca sebuah berita online yang isinya bantahan Irshad Manji. Menurutnya, bukunya 'Allah, Liberty, and Love' itu bukan tentang homoseksualitas. Saya jadi penasaran, dan akhirnya membaca sebagian isi buku itu. Sengaja saya cari bagian buku Manji yang membahas homoseksualitas. Saya menemukannya di bab 3 berjudul “Budaya Itu Tidak Sakral”. Berarti Manji berbohong ketika dia mengatakan bahwa bukunya bukan tentang homoseksualitas. Memang, tesis utama yang dia bangun adalah kebebasan, jangan takut untuk melakukan apapun karena yang paling benar hanya Tuhan; dan tidak ada manusia yang boleh mengklaim diri sebagai yang paling benar.
Nah, di bab 3 itu, salah satu bentuk kebebasan yang dibela Manji adalah kebebasan untuk menjadi homoseks. Menurutnya, penentangan terhadap homoseksualitas adalah penentangan budaya, bukan agama. Manji menyebutnya, budaya tribal (primitif), dan dia menggunakan istilah ‘Islamo-tribalis’. Selain homoseksualitas, jilbab pun disebut Manji sebagai budaya primitif, bukan ajaran Islam. Karena budaya itu tidak sakral, maka, lawanlah, kata Manji.
Sebenarnya banyak hal yang bisa diajukan untuk membantah argumen-argumen Manji yang menurut saya sangat emosional, sekedar cletak-cletuk, protes sana-sini, dan menggeneralisir banyak hal. Saya akan bahas salah satu saja, terkait homoseksualitas.
Pada Bab 3 itu, Manji mengutip surat curhat seorang lesbi bernama Bushra yang merasa bersalah (dan mengira dirinya akan masuk neraka Jahanam), tersiksa oleh lingkungan, dan dipaksa menikah dengan laki-laki.
Manji, yang mengaku bukunya bukan tentang homoseks itu, menulis begini,
“Umat Muslim, siapa di antara kalian yang mau bergabung denganku untuk meyakinkan Bushra bahwa Sang Mahakuasa menciptakannya sesuai pilihan-Nya? Siapa yang mau menjelaskan kepadanya bahwa dengan melawan budaya penyelamatan muka, kita berkontribusi pada budaya penyelamatan iman? Mari lakukan itu dengan menolak kecenderungan tribal dan bersuara sebagai individual. Bersuaralah yang kencang. Jangan khawatirkan kemarahan dari otoritas agama. Protes kita adalah dengan budaya mereka, bukan Pencipta mereka.”
Lihat, Manji menyatakan bahwa lesbianisme adalah ‘ciptaan Allah’, penolakan terhadap lesbianisme adalah penolakan terhadap budaya primitif (tribal), dan ia menyerukan agar kaum muslim melawan itu semua. “Jangan pedulikan kata ulama!” seru Manji. “Kita ini sedang melawan budaya, bukan melawan Tuhan!”
Manji menulis, “Tidak sedikit Islamo-tribalis, kuduga, yang akan mencoba mengalihkan perhatianmu dengan berteriak tentang “Agenda gay-nya Manji” dan berkoar-koar bahwa Al-Quran secara jelas menyatakan homoseksualitas itu dosa. Jika aku boleh menawarkan pemikiran lebih jauh, lanjutkan mengutip surah 3:7.”
Oke, saya pun membuka Quran, QS 3:7, ternyata tentang ayat mutasyabihat dan muhkamat. Jadi, dalam Quran ada ayat yang bisa langsung dipahami artinya (muhkamat), ada ayat yang perlu penafsiran (tapi Manji menyebutnya ‘ambigu’).
Terjemahan QS 3:7 : Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.