Mohon tunggu...
Dina Y. Sulaeman
Dina Y. Sulaeman Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis, doktor Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Direktur Indonesia Center for Middle East Studies www.ic-mes.org

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Irshad Manji, Sekali Lagi (Tanggapan Atas Buku “Allah, Liberty, and Love”)

17 Mei 2012   04:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:11 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Voila! Kebingungan saya di point no 1 jadi menemukan jawaban: yang mengetahui makna ayat-ayat mustasyabihaat itu adalah Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya, yaitu ULAMA. Jadi, kalau ada ayat yang mustasyabihat, merujuklah pada kitab-kitab tafsir yang sudah ditulis para ulama yang mumpuni. Itulah gunanya ada orang yang menuntut ilmu agama, ya kan? Lha apa gunanya para ulama itu capek-capek kuliah sampai ke Kairo, Madinah, atau Qom, tapi pulang-pulang, saat mereka ngasih ilmu ke kita, karena kita tidak setuju, kita bantah, “Cuma Allah yang tahu mana yang benar!”


Dan inilah fenomena yang banyak terjadi di sekitar kita, untuk urusan agama, semua merasa bebas bicara, bahkan berhak menafsirkan ayat Quran semaunya, tapi kalau untuk urusan lain, dikatakan, “Kita harus dengarkan pendapat pakar!”


Terakhir, masalah kemanusiaan yang banyak disebut-sebut para pembela Manji. Argumen yang mereka sebutkan antara lain:

  1. Setiap orang berhak untuk memiliki orientasi seksual masing-masing; karena itu tidak boleh ada penindasan terhadap orang dengan orientasi seksual yang berbeda!

  2. Kalaulah seseorang itu homoseksual, kenapa yang lain harus marah? Kalau sebagian memang menganggap itu haram menurut agama, ya nyatakan saja haram, biarkan Tuhan yang menghukumnya!

Dua kalimat di atas saya copas dari email seseorang bergelar doktor (!) tapi argumen serupa banyak diungkapkan oleh orang-orang di internet.


Jawaban saya, lagi-lagi saya pakai logika saja: jika benar seorang berhak menjadi homoseks, oke, tapi dia tidak berhak menularkannya kepada orang lain! Homoseksualitas itu bukan genetic (atau 'ciptaan' Tuhan), melainkan ‘ditularkan’ oleh lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Paul Cameron Ph.D (Family Research Institute) menemukan bahwa di antara penyebab munculnya dorongan untuk berperilaku homo, adalah pernah disodomi waktu kecil (dan parahnya, perilaku mensodomi anak kecil menjadi salah satu ‘budaya’ kaum homo), dan pengaruh lingkungan, yaitu sbb:

  1. Sub-kultur homoseksual yang tampak/terlihat dan diterima secara sosial, yang mengundang keingintahuan dan menumbuhkan rasa ingin mengeksplorasi (=ingin mencoba)

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun