Mohon tunggu...
Dina Y. Sulaeman
Dina Y. Sulaeman Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis, doktor Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Direktur Indonesia Center for Middle East Studies www.ic-mes.org

Selanjutnya

Tutup

Politik

The Bilderberger (2)

2 Agustus 2011   17:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:09 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca tulisan bagian pertama: The Bilderberger (1)

Jurnalis Inggris, Jon Ronson, yang pernah menulis buku tentang Bilderberg mengatakan, “Saya pikir, mereka tidak perlu menyulitkan diri dengan melaksanakan konferensi internasional yang sangat mahal ini dan menyulitkan diri untuk menyembunyikan diri dari media, mencoba berahasia, dan mengundang orang-orang terkuat di dunia, jika hanya sekedar untuk ngobrol dan main golf, sebagaimana yang mereka katakan. Saya sungguh sepakat bahwa mereka memiliki pengaruh terhadap urusan dunia.”

Akar Konferensi Bilderberg bisa ditelusuri hingga ratusan tahun lalu. Berawal dari pertemuan rahasia di antara para pemilik uang abad ke-19, yaitu Rothchilds, Rockefellers, dan para bankir terkemuka di AS. Pertemuan yang paling signifikan terjadi di tahun 1910, dipimpin oleh seorang senator kaya bernama Nelson Aldrich. Pada malam hari, tanggal 22 November 1910, Sen. Aldrich, A.P. Andrews (asisten Menteri Keuangan AS), Paul Warburg dari Kuhn, Loeb & Co., Frank A. Vanderlip, (bos National City Bank of New York), Henry P. Davison dan Benjamin Strong dari J. P. Morgan Company, Charles D. Norton (bos National Bank of New York), secara diam-diam naik kereta api menuju Jekyll Island.

Orang-orang ini pemilik ¼ kekayaan dunia pada masa itu, sehingga sungguh aneh mereka bepergian dengan cara sederhana seperti itu (naik kereta biasa, tidak menyebutkan nama lengkap mereka dalam reservasi tiket, dll.).

(Catatan: selain menjadi anggota Freemanson, Nelson Aldrich juga kroni Rockefeller. Anak perempuannya, Abby, menikah dengan John D. Rockefeller Jr, dan melahirkan anak bernama Nelson Aldrich Rockefeller yang kelak menjadi wakil Presiden AS-wakil dari Presiden Gerald Ford. Aldrich adalah politisi yang sangat powerful di AS pada masa itu.)

Dua tahun sesudah pertemuan itu, yaitu tahun 1913, dibentuklah Federal Reserve, lembaga swasta yang mengelola keuangan AS. Saham Federal Reserved dikuasai oleh bankir-bankir asing, namun merekalah yang diberi hak untuk memproduksi uang dollar. Sejak itu, Pemerintah AS harus membeli dollar kepada Federal Reserve untuk menjalankan roda pemerintahan. Kisah ini diungkapkan oleh jurnalis, BC Forbes, pendiri majalah Forbes beberapa tahun kemudian.

Kejadian inilah yang kemudian disesali Presiden AS era itu, Woodrow Wilson. Dia berkata, “Our system of credit is concentrated in the hands of a few men. We have come to be one of the worst ruled, one of the most compeletely controlled and dominated government in the world.”

Pertemuan-demi pertemuan di antara para penguasa finansial dunia terus terjadi. Tapi sejak tahun 1954-lah diputuskan untuk diadakan pertemuan rutin tahunan. Pertemuan tahun 1954 diadakan di hotel Bilderberg, Belanda, dan kelompok ini kemudian menyebut diri Bilderberg. Pertemuan mereka selalu dirahasiakan, diadakan di tempat-tempat mewah yang jauh dari keramaian. Namun, ada saja jurnalis yang berhasil mengorek informasi. Setelah Forbes, jurnalis yang mengekspos pertemuan rahasia orang-orang elit dunia itu adalah Westbrook Pegler. Pada tahun 1957, Pegler menulis artikel-artikel tentang aktivitas kelompok rahasia ini (saat itu, Pegler belum mengetahui bahwa kelompok ini memberi nama pada diri mereka sendiri dengan ‘Bilderberg’).

Pegler menulis, “Sesuatu yang sangat misterius sedang terjadi ketika 67 orang yang self-qualified dan berkuasa atas nasib ekonomi dan politik dunia Barat pergi secara diam-diam di sebuah pulau di Brunswick dan tidak ada satu pun berita yang sampai ke publik, kecuali berita kecil dan rutin dari Associated Press.” Padahal, lapor Pegler, para jurnalis besar seperti Ralph McGill, dari The Atlanta Constitution, Arthur Hayes Sulzberget dariThe New York Times, dan Donald Graham dan Jimmy Lee Hoagland dari The Washington Post hadir juga dalam pertemuan itu.

Konferensi Bilderberg biasanya diadakan di sebuah resort mewah di kota kecil, di berbagai negara. Panitia konferensi biasanya memberikan press release ke koran lokal, hanya sekedar untuk pemberitahuan standar kepada penduduk lokal mengenai kehebohan yang tiba-tiba terjadi di kota mereka ketika datangnya tentara-tentara bersenjata, mobil-mobil mewah, helikopter, dan tamu-tamu entah darimana yang berunding secara tertutup. Awalnya mereka berusaha keras menghalangi munculnya kata ‘Bilderberg’ di media massa manapun. Namun, berkat kegigihan jurnalis-jurnalis independen yang dengan berbagai cara mengorek informasi, juga berkat semakin mudahnya komunikasi global melalui internet, kelompok rahasia ini terkuak. Bahkan kini ada sekelompok orang yang membentuk jejaring untuk terus memantau aktivitas Konferensi Bilderberg. Mereka berhari-hari ‘nongkrong’ di seputar lokasi konferensi, memotret, dan mengabarkannya kepada dunia melalui internet. Akhir-akhir ini, situs The Guardian juga sudah memuat liputan jurnalis independen ini terkait Bilderberg.

Pertanyaannya lagi-lagi, apa yang dibicarakan ketika orang-orang penting dunia itu bertemu tanpa mau diekspose media massa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun